Jumat, 18 Maret 2016

makalah perhatian


KATA PENGANTAR
    
     Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, taufik dan hidayah_Nyalah sehingga penyusunan makalah yang berjudul “perhatian” ini dapat terselesaikan. Maksud dan tujuan dari pada makalah ini adalah agar kami dapat lebih memahami tentang makna perhatian.                                             
          Makalah ini, tentunya masih memiliki kekurangan dan masih membutuhkan perbaikan sehingga penulis mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.




BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Berbicara tentang pengelolaan kelas ada kaitannya dengan peran seorang guru dalam proses pembelajaran,. Guru merupakan factor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran, di mana dalam proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan penbuatan guru dan siswa atas hubungan timbale balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai ilmu.
Tujuan yang di niatkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar baik yang bersifat intruksional maupun tujuan pengiring akan dapat di capai secara optimal apabila dapat di ciptakan dan di pertahankan kondisi yang menguntungkan bagi peserta didik. Dalam setiap proses pengajaran kondisi ini harus direncanakan dan di usahakan oleh guru secara sengaja agar dapat di hindarkan kondisi yang merugikan (usaha pencegahan), dan mengembalikan kepada kondisi yang optimal apabila terjadi hal-hal yang merusak yang di sebabkan oleh tingkah laku peserta didik di dalam kelas (usaha kuratif). Usaha guru dalam meciptakan kondisi yang di harapkan efektif apabila di ketahui secara tepat factor-faktor mana sajakah yang menunjang kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar
B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:
1.      Pengertian guru
2.      Bagaimana seorang guru terampil dalam pengelolaan kelas
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Guru
Dalam kamus umum bahasa Indonesia berbunyi sebagai berikut: guru adalah orang yang kerjanya mengajar seperti guru agama, guru bantu, guru besar, maha guru, guru kepala, dan guru mengaji.
Sedangkan dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidkan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal. Tetapi bisa juga di mesjid, surau/mushola, di rumah, dan sebagainya.
Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru di hormati.sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru.masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia.
Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat,maka di pundak guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat.mengemban tugas memang berat.Tapi lebih berat lagi mengemban tanggung jawab.Sebab tanggung jawab guru tidak hanya sebatas dinding sekolah,tetapi juga di luar sekolah.pembinaan yang harus guru berikan pun tidak hanya secara kelompok(klasikal),tetapi juga secara individual.Hal ini mau tidak mau menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap,tingkah laku,dan perbuatan anak didiknya,tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi di luar sekolah sekalipun.[1]
Karena itu,tepatlah apa yang dikatakan oleh Drs.N.A.Ametembun,bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid,baik secara individual ataupun klasikal,baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik,baik secara individual maupun klasikal,di sekolah maupun di luar sekolah.
Masalah pokok yang di hadapi guru, baik pmula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang paling sering didiskusikan oleh penulis professional dan oleh para pengajar adalah juga pengelolaan kelas. Mengapa demikian? Jawabnya sederhana. Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakannya dan menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran secara efisiensi dan memungkinkan mereka dapat belajar.
Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif. Tugas utama yang paling sulit bagi guru adalah pengelolaan kelas lebih-lebih tidak ada satupun pendekatan yang di katakana paling baik.
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain ialah kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi-kondisi yang optimal bagi terjadi proses belajar mengajar.[2]
Guru menurut para ahli:
1)      Menurut Noor Jamaluddin (1978: 1) guru merupakan pendidik yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab member bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya. Mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai mahkluk allah khalifah di muka bumi sebagai social dan individu yang sanggup berdiri sendiri.
2)        Menurut Peraturan Pemerintah Daerah, guru adalah jabatan fungsional, yaitu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya di dasarkan keahlian atau ketrampilan tertentu serta bersifat mandiri.
3)        Menurut keputusan Men.Pan, guru adalah pegawai negeri sipil yang di beri tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejaabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan sekolah.
4)        Menurut Undang-Undangg No.14 tahun 2005, guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
5)        Menurut ngalim purwanto bahwa guru ialah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian kepada seseorang atau sekelompok orang.
6)        Menurut ahmad tafsir mengemukakan pendapat bahwa guru ialah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, kognitif maupun psikomotorik.  
B.     Pengertian pengelolaan kelas.[3]
Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah di tinggalkan. Guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelola kelas di maksud untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Dalam konteks itulah kiranya pengelolaan kelas penting untuk di ketahui oleh siapa pun jugaa yang menerjunkan dirinya ke dalam dunia pendidikan. Maka adalah penting untuk mengetahui pengertian pengelolaan kelas dalam hal ini. Pengelolaan kelas terdiri dari 2 kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, di tambah awal “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manejemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa inggris, yaitu management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan menurut para ahli.
1)      Menurut suharsimi arikunto (1990:2)
Manajemen atau pengelolaan adalah pengadminitrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.
2)      Menurut oemar hamalik (1987:311)
Manajemen atau pengelolaan adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru.
3)      Menurut sudirman N (1991:31)
Pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas. Karena itu, kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan edukatif.maka agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus di kelola sebaik-baiknya oleh guru.
Dalam batasan pengertian seperti tersebut, maka ada 3 persyaratan untuk dapat terjadinya.
a)      Kelompok anak, walaupun dalam waktu yang sama bersama-sama menerima pelajaran, tetapi jika bukan pelajaran yang sama dari guru yang sama, namanya bukan kelas.
b)      Sekelompok anak yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama, tetapi dari guru yang berbeda, namanya juga bukan kelas.[4]
c)      Sekelompok anak yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama, tetapi jika pelajaran tersebut di berikan secara bergantian, namanya juga bukan kelas.
Pengertian yang di kemukakan tersebut adalah pengertian menurut pandangan didaktik. Sedangkan kelas menurut pengertian umum dapat dibedakan atas dua pandangan, yaitu:
1.      Pandangan dari segi siswa; seperti dalam contoh pembicaraan.
“di kelas saya terdapat 20 siswa putra 15 siswi putri.”
“juara kelas III-B mempunyai jumlah nilai 108 pada EBTA.”
“Nilai rata-rata untuk matematika di kelas V adalah 5.”
2.      Pandangan dari sgi fisik : seperti dalam contoh pembicaraan:
“kelas ini berukuran 6 x 8 meter persegi.”
“Kita pindah ke kelas yang besar, kalau memang di sini tidak muat.”
“kelasnya baru saja selesai dicat.”
3.    Hadari nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu:
a.       Kelas dalam arti sempit, ruangan yang di batasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisonal ini mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya yang antara lain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing.
b.      Kelas dalam arti luas, adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakann kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.[5]
Dari uraian dia atas dapat di simpulakan bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang sengaja di lakukan dengan guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan yang sangat sederhana adalah bahwa pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran. Pengertian lain dari pegelolaan kelas adalah di tinjau dari paham lama, yaitu mempertankan ketertiban.
Demikian pengertian pengelolaan kelas dari para ahli yang dapat dikemukakan dan tentu saja masih banyak lagi pendapat ahli-ahli lainnya. Namun beberapa pendapat dari para ahli tersebut kiranya dapat membuka wawasan tentang apa itu pengelolaan kelas.
C.    Tujuan pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas yang di lakukan oleh guru bukan tanpa  tujuan. Karena ada tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas, walaupun terkadang kelelahan fisik maupun fikiran yang dirasakan. Guru sadar bahwa tanpa mengelola kelas dengan baik, maka akan menghambat kegiatan belajar mengajarnya. Kemudian, dengan pengelolaan kelas produknya harus sesuai dengan tunjuan-tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan social, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana social yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa (sudirman N, 1991,311).[6]
Suharsimi arikunto (1988: 68) berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien, menurutnya sebagai indicator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila:
1.      Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu karena adanya tugas yang harus di lakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang di berikan kepadanya.
2.        Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap ank akan bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang di berikan kepadanya. Apabila ada anak yang walaupun tahu dan dapat melaksanakan tugasnya, tetapi mengerjakannya kurang bergairah dan mengulur waktu bekerja, maka kelas tersebut di katakana tidak tertib.
Jadi, beda antara (1) dan (2) adalah pada (1) anak tidak tahu akan tugas atau tidak dapat melakukan tugas, dan pada (2) anak tahu dan dapat, tetapi kurang bergairah bekerja.[7]
D.    Beberapa masalah pengelolaan kelas[8]
Tingkah laku anak didik bervariasi. Variasi perilaku anak merupakan permasalahan bagi guru dalam upaya pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku anak didik adalah:
1.      Kurang kesatuan, misalnya dengan adanya kelompok-kelompok klik-klik, dan pertentangan jenis kelamin.
2.      Tidak ada standar prilaku dalam bekerja kelompok, misalnya rebut, bercakap-cakap, pergi ke sana ke mari, dan sebagainya.
3.      Reaksi negative terhadap anggota keelompok, misalnya rebut, bermusuhan, mengucilkan, dan merendahkan kelompok bodoh.
4.      Kelass mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya, menerima,dan mendorong perilaku anak didik yang keliru.
5.      Mudah mereaksi ke hal-hal negative/terganggu, misalnya bila didatangi monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah, dan sebagainya.
6.      Moral rendah, permusuhan agreasif, misalnya dalam lembaga yang alat-alat belajarnya kurang, kekurangan uang, dan lain-lain.
7.      Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkuungan yang berubah, seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi, baru, dan sebagainya.
Variasi perilaku anak didik itu menurut Made Pidarta bukan tanpa sebab. Faktor-faktor penyebab itu adalah:
1.        Pengelompokkan (pandai, sedang, bodoh), kelompok bodoh akan menjadi sumber negative, penolakan, atau apatis.
2.        Karakteristik individual, seperti kemampuan kurang, ketidakpuasan atau dari latar belakang ekonomi rendah yang menghalangi kemampuannya.
3.        Kelompook pandai merasa terhalang oleh teman-temannya yang tidak seperti dia. Kelompok ini sering menolak standar yang di berikan guru. Sering juga kelompok ini membentuk norma sendiri yang tidak sesuai dengan harapan sekolah.
4.        Dalam latihan semua anak didik di harapkan tenang dalam menerima pelajaran, kalau ada interupsi atau interaksi mungkin mereka hanya merasa tegang dan cemas  karena itu perilaku-perilaku menyimpang seorang dua orang bisa di toleransi sal tidak merusak kesatuan.
5.        Dari organisasi kurikulum tentang tim teaching, misalnya anak didik pergi dari satu guru ke guru yang lain dan dari kelompok satu ke kelompok yang lain.[9]Sehingga tenaga mereka banyak di pakai berjalan, harus menyesuaikan guru terhadap guru dan metode-metodenya.
E.     Penataan ruang kelas
Menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, perlu memperhatikan pengaturan/penataan ruang kelas/belajar. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak didik duduk  berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal yang perlu di perhatikan:
-        Ukuran dan bentuk kelas
-        Bentuk serta ukuran bangku anak didik
-        Jumlah anak didik dalam kelas
-        Jumlah anak didik dalam setiap kelompok
-        Jumlah kelompok dalam kelas
-        Komposisi anak didik dalam kelompok (seperti anak didik pandai dengan anak didik kurang pandai, pria dengan wanita).
Dalam penataan kelas,pengaturannya bisa berdasarkan tujuan pengajaran,waktu yang tersedia,dan kepentingan pelaksanaan cara belajar siswa aktif.
1)      Pengaturan Tempat Duduk
Dalam belajar anak didik memerlukan tempat duduk.Tempat duduk mempengaruhi anak didik dalam belajar.Bila tempat duduk bagus,tidak terlalu rendah,tidak terlalu besar,tidak berat,bundar,persegi empat panjang,dan sesuai dengan postur tubuh anak didik,maka anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang.[10]
Sebaiknya tempat duduk anak didik itu tidak berukuran terlalu besar agar mudah diubah-ubah formasinya sesuai keinginan.Apabila pengajaran itu akan ditempuh dengan cara berdiskusi,maka informasi tempat duduk sebaiknya berbentuk melingkar.jika pengajaran di tempuh dengan metode ceramah,tempat duduk sebaiknya berderet memanjang ke belakang.Sudirman N.(1991:318)mengemukakan beberapa contoh formasi tempat duduk seperti di bawah ini.[11]
a.         Posisi Berhadapan
1.        Meja anak didik
2.        Lemari buku
3.        Papan tulis
4.        Meja guru
5.        Tempat alat peraga
6.        Tempat pemajangan
b.        Posisi Setengah Lingkaran
1.        Meja anak didik
2.        Lemari buku
3.        Papan tulis
4.        Meja guru
5.        Tempat alat peraga
6.        Tempat pemajangan
c.         Posisi Berbaris Ke Belakang
1.        Meja anak didik
2.        Lemari buku
3.        Papan tulis
4.        Meja guru
5.        Tempat alat peraga.
6.        tempat pemajangan
2)        Pengaturan Alat-Alat Pengajaran.[12]
Di antara alat-alat pengajaran di kelas yang harus diatur adalah sebagai berikut:
a)        Perpustakaan kelas
-          Sekolah yang maju memiliki perpustakaan di setiap kelas
-          Pengaturannya dilakukan bersama-sama anak didik
b)        Alat peraga/media pengajaran
-        Alat peraga atau media pengajaran semestinya diletakkan di kelas agar memudahkan penggunaannya.
-        Pengaturannya dilakukan bersama-sama anak didik
c)      Papan Tulis,Kapur Tulis,dan Lain-Lain
-        Ukuran disesuaikan
-        Warnanya harus kontras
-        penempatannya memperhatikan estetika dan terjangkau oleh anak didik.
d)     Papan presensi anank didik
-        ditempatkan di bagian depan sehingga dapat dilihat oleh semua anak didik
-        di fungsikan sebagaimana mestinya
3)        penataan keindahan dan kebersihan kelas
a.       Hiasan dinding
Hiasan dinding (pajangan kelasa) hendaknya di manfaatkan untuk kepentingan       pengajaran,misalnya;
¨      Burung garuda
¨      Teks proklamasi
¨      slogan pendidikan
¨      gambar pahlawan
¨      peta globe
¨      Gamabr presiden dan wakil presiden
b.      penempatan lemari
¨      lemari buku di letakkan di depan
¨      lemari alat-alat peraga di letakkan di belakang
c.       pemeliharaan kebersihan
¨      anak didik bergiliran membersihkan kelas
¨      guru memeriksa kebersihan dan ketertiban kelas
4)        Ventilasi dan tata cahaya.[13]
¨      Ventilasi sesuai dengan ruangan kelas
¨      sebaiknya tidak merokok
¨      pengaturan cahaya perlu diperhatikan sehingga cahaya yang masuk cukup
¨      cahaya yang masuk dari arah kiri,jangan berkawanan dengan bagian depan
Akhirnya, untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi anak didik dalam belajar, hal-hal berikut vkiranya dapat di jadikan pegangan, yaitu:
a)      mengatur tempat duduk anak didik harus mencerminkan belajar efektif. Bangku yang disediakan memungkinkan dipindah-pindahkan atau dirubah tempatnya.
b)      Ruang kelas yang bersih dan dan segar akan menjadikan anak didik bergairah belajar.
c)      Memelihara kebersian dan kenyamanan suatu kelas/ruang belajar, sama artinya dengan mempermudah anak didik menerima pelajaran.
F.     Pengaturan anak didik.[14]
Bagaimana interaksi edukatif dengan pendekatan kelompok menghendaki peninjauan pada aspek perbedaan individual anak didik. Postur tubuh anak didik yang tinggi sebaiknya di tempatkan di belakang. Anak didik yang mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran sebaiknya di tempatkan di depan kelas. Dengan demikian, anak didik yang minus dapat melihat tulisan di papan tukis dengan cukup baik. Penempatan anak didik yang mengalami gangguan penglitan di depan akan mempermudah si anak untuk menyimak apa yang di sampaikan guru.
Adapun pengaturan anak didik sebagai berikut:
1)      Pembentukan organisasi
Untuk melatih dan menciptakan ketertiban kelas, perlu di bentuk organisasi anak didik di kelas. Pembentukan organisasi kelas merupakan langkah awal melatih dan membina anak didik dalam hal berorganisasi. Mereka di pilih untuk belajar bertanggung jawab atas tugas yang di percayakan. Organisasi anak didik dapat membantu guru dalamm menyediakan sarana pengajaran, seperti menyediakan kapur, alat peraga, buku paket, mengisi presensi siswa atau guru, dan sebagainya.
Organisasi- organisasi pada umumnya berbentuk sederhana yang personelnya meliputi ketua kelas, wakil ketua kelas, bendahara, sekretaris, dan beberapa buah seksi sesuai keperluan. Pemilihan oara personil kelas dilakykan oleh anggota kelas (para anak didik) secara demokratis dengan bimbingan wali kelas. Dengan kegiatan seperti itu seorang guru sudah melakukan fungsi manajerial.

2)      Pengelompokan anak didik
Dalam upaya melayani kegiatan belajar anak didik yang optimal, pengelompokkan anak didik mempunyai arti penting.Rostiyah N.K. (1989:80) membagi pengelompokkan anak didik dari segi waktu, kecepatan, dan sifatnya.[15]
a.         Waktu:
1)        Kelompok jangka pendek
2)        Kelompok jangka panjang (3 bulan)
b.        Kecepatan:
1)        Kelompok anak cepat
2)        Kelompok anak lambat
c.         Sifat:
1)        Kelompok untuk mengatasi alat pelajaran
2)        Kelompok atas dasar intelegensi individual
3)        Kelompok atas dasar minat individual
4)        Kelompok untuk memperbesar partisipasi
5)        Kelompok untuk pembagian pekerjaan
6)        Kelompok untuk belajar secara efisien menuju suatu tujuan
Rumus tentang pengelompokkan anak didik menurut conny semiawan, dkk. (1985:67) berbeda dengan pendapat di atas. Conny semiawan mengemukakan konsepnya sebagai berikut:
a.       Pengelompokkan menurut kesenangan berkawan
b.      Pengelompokkan menurut kemampuan
c.       Pengelompokkan menurut minat
Pola lain dalam membentuk krelompok-kelompok belajar dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
1)      Pembentukan kelompok diserahkan kepada anak didik
2)      Pembentukan kelompok diatur oleh guru sendiri
3)      Pembentukan kelompok diatur oleh atas usul anak didik.
Jadi, seorang guru yang merencanakan pembentukan kelompok-kelompok belajar perlu memikirkan tentang kelompok-kelompok yang akan di bentuk, topik, atau tugas apa yang di berikan, media pengajaran yang di dapat di pakai, berapa lama kerja kelompok itu akan berlangsung, cara mengontrol kerja kelompok, bentuk laporan kelompok, pengaturan diskusi kelas (pleno) dan sebagainya demi pencapaian tujuan pembelajaran yang telah di rumuskan.[16]

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar siswa dalam lingkungan social, emosional, dan intelektual di dalam kelas. Ada beberapa masalah yang timbul dalam penerapan pengelolaan kelas yaitu Kurang kesatuan, tidak ada standar prilaku dalam bekerja kelompok, reaksi negative terhadap anggota keelompok, mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya, mudah mereaksi ke hal-hal negative/terganggu, Moral rendah, permusuhan agreasif dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah.
B.     SARAN_SARAN
Sebagai manusia yang bergelut di dunia pendidikan, sudah menjadi keharusan bagi kita untuk mengetahui dan memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan serta menerapkannya dalam proses belajar-mengajar. Oleh karena itu, perbanyaklah belajar dengan membaca buku maupun bergaul yang mampu menambah wawasan dan pengetahuan yang mendunia dan menyeluruh.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA
Drs. Syaiful bahri djamarah. 2000. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, Jakarta: PT Rineka Cipta
Drs. Syaiful bahri djamarah, M,Ag. 2010. Strategi belajar mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta
Dr. Rusman, M,Pd. 2012. Model-model pembelajaran, Jakarta: PT Raja grafindo
http://kafeilmu.com/2011/04/definisi -guru-tahukah-anda.html#ixZZ1hAt9sU3L


[1] Syaiful bahri djamarah, guru dan anak didik dalam interaksi edukatif (cet. 1; Jakarta: PT rineka cipta, 2010), h.172
[2] Ibid., h.174
[3] Syaiful bahri djamarah, strategi belajar mengajar, (cet. 4 ; Jakarta: PT rineka cipta, 2010), h.174
[4] Ibid., h175
[5] Ibid., h.177
[6] Ibid., h.173
[7] Ibid., h 174
[8] Syaiful bahri djamara, guru dan anak didik dalam interaksi edukatif (cet. 1 ;Jakarta: PT bineka cpta, 2000), h.173
[9] Ibid., h 174
[10] Ibid., h175
[11] Ibid., h 176
[12] Ibid., h.177
[13] Ibid., h 178
[14] Ibid., h 178
[15] Ibid., h.180
[16] Ibid., h.182

Tidak ada komentar:

Posting Komentar