KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat, taufik dan hidayah_Nyalah sehingga penyusunan makalah yang berjudul “perhatian” ini dapat terselesaikan. Maksud dan tujuan dari pada
makalah ini adalah agar kami dapat lebih memahami tentang makna perhatian.
Makalah ini,
tentunya masih memiliki kekurangan dan masih membutuhkan perbaikan sehingga
penulis mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Berbicara
tentang pengelolaan kelas ada kaitannya dengan peran seorang guru dalam proses
pembelajaran,. Guru merupakan factor penentu yang sangat dominan dalam
pendidikan pada umumnya karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran,
di mana dalam proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan penbuatan guru dan siswa atas hubungan timbale balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai ilmu.
Tujuan yang di
niatkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar baik yang bersifat intruksional
maupun tujuan pengiring akan dapat di capai secara optimal apabila dapat di
ciptakan dan di pertahankan kondisi yang menguntungkan bagi peserta didik.
Dalam setiap proses pengajaran kondisi ini harus direncanakan dan di usahakan
oleh guru secara sengaja agar dapat di hindarkan kondisi yang merugikan (usaha
pencegahan), dan mengembalikan kepada kondisi yang optimal apabila terjadi
hal-hal yang merusak yang di sebabkan oleh tingkah laku peserta didik di dalam
kelas (usaha kuratif). Usaha guru dalam meciptakan kondisi yang di harapkan
efektif apabila di ketahui secara tepat factor-faktor mana sajakah yang
menunjang kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:
1.
Pengertian
guru
2.
Bagaimana
seorang guru terampil dalam pengelolaan kelas
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Guru
Dalam
kamus umum bahasa Indonesia berbunyi sebagai berikut: guru adalah orang yang
kerjanya mengajar seperti guru agama, guru bantu, guru besar, maha guru, guru
kepala, dan guru mengaji.
Sedangkan
dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang
yang melaksanakan pendidkan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga
pendidikan formal. Tetapi bisa juga di mesjid, surau/mushola, di rumah, dan
sebagainya.
Guru
memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang
menyebabkan guru di hormati.sehingga masyarakat tidak meragukan figur
guru.masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar
menjadi orang yang berkepribadian mulia.
Dengan
kepercayaan yang diberikan masyarakat,maka di pundak guru diberikan tugas dan
tanggung jawab yang berat.mengemban tugas memang berat.Tapi lebih berat lagi
mengemban tanggung jawab.Sebab tanggung jawab guru tidak hanya sebatas dinding
sekolah,tetapi juga di luar sekolah.pembinaan yang harus guru berikan pun tidak
hanya secara kelompok(klasikal),tetapi juga secara individual.Hal ini mau tidak
mau menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap,tingkah laku,dan perbuatan
anak didiknya,tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi di luar sekolah
sekalipun.[1]
Karena
itu,tepatlah apa yang dikatakan oleh Drs.N.A.Ametembun,bahwa guru adalah semua
orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid,baik
secara individual ataupun klasikal,baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Dengan
demikian,dapat disimpulkan bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan
bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik,baik secara
individual maupun klasikal,di sekolah maupun di luar sekolah.
Masalah
pokok yang di hadapi guru, baik pmula maupun yang sudah berpengalaman adalah
pengelolaan kelas. Aspek yang paling sering didiskusikan oleh penulis
professional dan oleh para pengajar adalah juga pengelolaan kelas. Mengapa
demikian? Jawabnya sederhana. Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku
yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakannya dan menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai
tujuan pengajaran secara efisiensi dan memungkinkan mereka dapat belajar.
Dengan
demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang
efektif. Tugas utama yang paling sulit bagi guru adalah pengelolaan kelas
lebih-lebih tidak ada satupun pendekatan yang di katakana paling baik.
Pengelolaan
kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar. Dengan kata lain ialah kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi-kondisi yang optimal bagi terjadi proses belajar
mengajar.[2]
Guru menurut para ahli:
1)
Menurut
Noor Jamaluddin (1978: 1) guru merupakan pendidik yaitu orang dewasa yang
bertanggung jawab member bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya. Mampu berdiri
sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai mahkluk allah khalifah di muka bumi
sebagai social dan individu yang sanggup berdiri sendiri.
2)
Menurut
Peraturan Pemerintah Daerah, guru adalah jabatan fungsional, yaitu kedudukan
yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam
suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya di dasarkan keahlian atau
ketrampilan tertentu serta bersifat mandiri.
3)
Menurut
keputusan Men.Pan, guru adalah pegawai negeri sipil yang di beri tugas,
wewenang dan tanggung jawab oleh pejaabat yang berwenang untuk melaksanakan
pendidikan sekolah.
4)
Menurut
Undang-Undangg No.14 tahun 2005, guru adalah pendidik professional dengan tugas
utama mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
5)
Menurut
ngalim purwanto bahwa guru ialah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau
kepandaian kepada seseorang atau sekelompok orang.
6)
Menurut
ahmad tafsir mengemukakan pendapat bahwa guru ialah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, kognitif maupun
psikomotorik.
B.
Pengertian pengelolaan kelas.[3]
Pengelolaan
kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah di tinggalkan. Guru selalu
mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelola kelas di maksud
untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga
tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Dalam
konteks itulah kiranya pengelolaan kelas penting untuk di ketahui oleh siapa
pun jugaa yang menerjunkan dirinya ke dalam dunia pendidikan. Maka adalah
penting untuk mengetahui pengertian pengelolaan kelas dalam hal ini.
Pengelolaan kelas terdiri dari 2 kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan
dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, di tambah awal
“pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manejemen”.
Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa inggris, yaitu management, yang
berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan
menurut para ahli.
1)
Menurut
suharsimi arikunto (1990:2)
Manajemen atau
pengelolaan adalah pengadminitrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.
2)
Menurut
oemar hamalik (1987:311)
Manajemen atau
pengelolaan adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama
yang mendapat pengajaran dari guru.
3)
Menurut
sudirman N (1991:31)
Pengelolaan
kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas. Karena itu, kelas
mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan
edukatif.maka agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk
belajar, kelas harus di kelola sebaik-baiknya oleh guru.
Dalam
batasan pengertian seperti tersebut, maka ada 3 persyaratan untuk dapat
terjadinya.
a)
Kelompok
anak, walaupun dalam waktu yang sama bersama-sama menerima pelajaran, tetapi
jika bukan pelajaran yang sama dari guru yang sama, namanya bukan kelas.
b)
Sekelompok
anak yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama, tetapi dari guru
yang berbeda, namanya juga bukan kelas.[4]
c)
Sekelompok
anak yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama, tetapi jika
pelajaran tersebut di berikan secara bergantian, namanya juga bukan kelas.
Pengertian yang di kemukakan tersebut adalah pengertian menurut
pandangan didaktik. Sedangkan kelas menurut pengertian umum dapat dibedakan
atas dua pandangan, yaitu:
1.
Pandangan
dari segi siswa; seperti dalam contoh pembicaraan.
“di kelas saya terdapat 20 siswa putra 15 siswi putri.”
“juara kelas III-B mempunyai jumlah nilai 108 pada EBTA.”
“Nilai rata-rata untuk matematika di kelas V adalah 5.”
2.
Pandangan
dari sgi fisik : seperti dalam contoh pembicaraan:
“kelas ini berukuran 6 x 8 meter persegi.”
“Kita pindah ke kelas yang besar, kalau memang di sini tidak muat.”
“kelasnya baru saja selesai dicat.”
3.
Hadari
nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu:
a.
Kelas
dalam arti sempit, ruangan yang di batasi oleh empat dinding, tempat sejumlah
siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian
tradisonal ini mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk pengelompokan
siswa menurut tingkat perkembangannya yang antara lain didasarkan pada batas
umur kronologis masing-masing.
b.
Kelas
dalam arti luas, adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari
masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja
yang secara dinamis menyelenggarakann kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang
kreatif untuk mencapai suatu tujuan.[5]
Dari uraian dia atas dapat di simpulakan bahwa pengelolaan kelas
adalah suatu usaha yang sengaja di lakukan dengan guna mencapai tujuan
pengajaran. Kesimpulan yang sangat sederhana adalah bahwa pengelolaan kelas
merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran. Pengertian
lain dari pegelolaan kelas adalah di tinjau dari paham lama, yaitu mempertankan
ketertiban.
Demikian pengertian pengelolaan kelas dari para ahli yang dapat
dikemukakan dan tentu saja masih banyak lagi pendapat ahli-ahli lainnya. Namun
beberapa pendapat dari para ahli tersebut kiranya dapat membuka wawasan tentang
apa itu pengelolaan kelas.
C.
Tujuan pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas yang di lakukan oleh guru bukan tanpa tujuan. Karena ada tujuan itulah guru selalu
berusaha mengelola kelas, walaupun terkadang kelelahan fisik maupun fikiran
yang dirasakan. Guru sadar bahwa tanpa mengelola kelas dengan baik, maka akan
menghambat kegiatan belajar mengajarnya. Kemudian, dengan pengelolaan kelas
produknya harus sesuai dengan tunjuan-tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam
tujuan pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas
bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan social, emosional,
dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa
belajar dan bekerja, terciptanya suasana social yang memberikan kepuasan,
suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi
pada siswa (sudirman N, 1991,311).[6]
Suharsimi arikunto (1988: 68) berpendapat bahwa pengelolaan kelas
adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera
tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien, menurutnya sebagai
indicator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila:
1.
Setiap
anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti karena
tidak tahu karena adanya tugas yang harus di lakukan atau tidak dapat melakukan
tugas yang di berikan kepadanya.
2.
Setiap
anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap ank akan
bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang di berikan kepadanya.
Apabila ada anak yang walaupun tahu dan dapat melaksanakan tugasnya, tetapi
mengerjakannya kurang bergairah dan mengulur waktu bekerja, maka kelas tersebut
di katakana tidak tertib.
Jadi, beda antara (1) dan (2) adalah pada (1) anak tidak tahu akan
tugas atau tidak dapat melakukan tugas, dan pada (2) anak tahu dan dapat,
tetapi kurang bergairah bekerja.[7]
D. Beberapa
masalah pengelolaan kelas[8]
Tingkah laku anak didik bervariasi. Variasi perilaku anak merupakan
permasalahan bagi guru dalam upaya pengelolaan kelas yang berhubungan dengan
perilaku anak didik adalah:
1.
Kurang
kesatuan, misalnya dengan adanya kelompok-kelompok klik-klik, dan pertentangan
jenis kelamin.
2.
Tidak
ada standar prilaku dalam bekerja kelompok, misalnya rebut, bercakap-cakap,
pergi ke sana ke mari, dan sebagainya.
3.
Reaksi
negative terhadap anggota keelompok, misalnya rebut, bermusuhan, mengucilkan,
dan merendahkan kelompok bodoh.
4.
Kelass
mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya, menerima,dan mendorong perilaku
anak didik yang keliru.
5.
Mudah
mereaksi ke hal-hal negative/terganggu, misalnya bila didatangi monitor,
tamu-tamu, iklim yang berubah, dan sebagainya.
6.
Moral
rendah, permusuhan agreasif, misalnya dalam lembaga yang alat-alat belajarnya kurang,
kekurangan uang, dan lain-lain.
7.
Tidak
mampu menyesuaikan dengan lingkuungan yang berubah, seperti tugas-tugas
tambahan, anggota kelas yang baru, situasi, baru, dan sebagainya.
Variasi perilaku anak didik itu menurut Made Pidarta bukan tanpa
sebab. Faktor-faktor penyebab itu adalah:
1.
Pengelompokkan
(pandai, sedang, bodoh), kelompok bodoh akan menjadi sumber negative,
penolakan, atau apatis.
2.
Karakteristik
individual, seperti kemampuan kurang, ketidakpuasan atau dari latar belakang
ekonomi rendah yang menghalangi kemampuannya.
3.
Kelompook
pandai merasa terhalang oleh teman-temannya yang tidak seperti dia. Kelompok
ini sering menolak standar yang di berikan guru. Sering juga kelompok ini
membentuk norma sendiri yang tidak sesuai dengan harapan sekolah.
4.
Dalam
latihan semua anak didik di harapkan tenang dalam menerima pelajaran, kalau ada
interupsi atau interaksi mungkin mereka hanya merasa tegang dan cemas karena itu perilaku-perilaku menyimpang
seorang dua orang bisa di toleransi sal tidak merusak kesatuan.
5.
Dari
organisasi kurikulum tentang tim teaching, misalnya anak didik pergi dari satu guru
ke guru yang lain dan dari kelompok satu ke kelompok yang lain.[9]Sehingga
tenaga mereka banyak di pakai berjalan, harus menyesuaikan guru terhadap guru
dan metode-metodenya.
E.
Penataan ruang kelas
Menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, perlu memperhatikan
pengaturan/penataan ruang kelas/belajar. Penyusunan dan pengaturan ruang
belajar hendaknya memungkinkan anak didik duduk
berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa. Dalam
pengaturan ruang belajar, hal-hal yang perlu di perhatikan:
-
Ukuran
dan bentuk kelas
-
Bentuk
serta ukuran bangku anak didik
-
Jumlah
anak didik dalam kelas
-
Jumlah
anak didik dalam setiap kelompok
-
Jumlah
kelompok dalam kelas
-
Komposisi
anak didik dalam kelompok (seperti anak didik pandai dengan anak didik kurang
pandai, pria dengan wanita).
Dalam penataan kelas,pengaturannya bisa berdasarkan tujuan
pengajaran,waktu yang tersedia,dan kepentingan pelaksanaan cara belajar siswa
aktif.
1)
Pengaturan
Tempat Duduk
Dalam belajar anak didik memerlukan tempat duduk.Tempat duduk mempengaruhi
anak didik dalam belajar.Bila tempat duduk bagus,tidak terlalu rendah,tidak
terlalu besar,tidak berat,bundar,persegi empat panjang,dan sesuai dengan postur
tubuh anak didik,maka anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang.[10]
Sebaiknya tempat duduk anak didik itu tidak berukuran terlalu besar
agar mudah diubah-ubah formasinya sesuai keinginan.Apabila pengajaran itu akan
ditempuh dengan cara berdiskusi,maka informasi tempat duduk sebaiknya berbentuk
melingkar.jika pengajaran di tempuh dengan metode ceramah,tempat duduk
sebaiknya berderet memanjang ke belakang.Sudirman N.(1991:318)mengemukakan
beberapa contoh formasi tempat duduk seperti di bawah ini.[11]
a.
Posisi
Berhadapan
1.
Meja
anak didik
2.
Lemari
buku
3.
Papan
tulis
4.
Meja
guru
5.
Tempat
alat peraga
6.
Tempat
pemajangan
b.
Posisi
Setengah Lingkaran
1.
Meja
anak didik
2.
Lemari
buku
3.
Papan
tulis
4.
Meja
guru
5.
Tempat
alat peraga
6.
Tempat
pemajangan
c.
Posisi
Berbaris Ke Belakang
1.
Meja
anak didik
2.
Lemari
buku
3.
Papan
tulis
4.
Meja
guru
5.
Tempat
alat peraga.
6.
tempat
pemajangan
2)
Pengaturan
Alat-Alat Pengajaran.[12]
Di antara alat-alat pengajaran di kelas yang harus diatur adalah
sebagai berikut:
a)
Perpustakaan
kelas
-
Sekolah
yang maju memiliki perpustakaan di setiap kelas
-
Pengaturannya
dilakukan bersama-sama anak didik
b)
Alat
peraga/media pengajaran
-
Alat
peraga atau media pengajaran semestinya diletakkan di kelas agar memudahkan
penggunaannya.
-
Pengaturannya
dilakukan bersama-sama anak didik
c)
Papan
Tulis,Kapur Tulis,dan Lain-Lain
-
Ukuran
disesuaikan
-
Warnanya
harus kontras
-
penempatannya
memperhatikan estetika dan terjangkau oleh anak didik.
d)
Papan
presensi anank didik
-
ditempatkan
di bagian depan sehingga dapat dilihat oleh semua anak didik
-
di
fungsikan sebagaimana mestinya
3)
penataan
keindahan dan kebersihan kelas
a.
Hiasan
dinding
Hiasan
dinding (pajangan kelasa) hendaknya di manfaatkan untuk kepentingan pengajaran,misalnya;
¨
Burung
garuda
¨
Teks
proklamasi
¨
slogan
pendidikan
¨
gambar
pahlawan
¨
peta
globe
¨
Gamabr
presiden dan wakil presiden
b.
penempatan
lemari
¨
lemari
buku di letakkan di depan
¨
lemari
alat-alat peraga di letakkan di belakang
c.
pemeliharaan
kebersihan
¨
anak
didik bergiliran membersihkan kelas
¨
guru
memeriksa kebersihan dan ketertiban kelas
4)
Ventilasi
dan tata cahaya.[13]
¨
Ventilasi
sesuai dengan ruangan kelas
¨
sebaiknya
tidak merokok
¨
pengaturan
cahaya perlu diperhatikan sehingga cahaya yang masuk cukup
¨
cahaya
yang masuk dari arah kiri,jangan berkawanan dengan bagian depan
Akhirnya, untuk
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi anak didik dalam belajar, hal-hal
berikut vkiranya dapat di jadikan pegangan, yaitu:
a)
mengatur
tempat duduk anak didik harus mencerminkan belajar efektif. Bangku yang
disediakan memungkinkan dipindah-pindahkan atau dirubah tempatnya.
b)
Ruang
kelas yang bersih dan dan segar akan menjadikan anak didik bergairah belajar.
c)
Memelihara
kebersian dan kenyamanan suatu kelas/ruang belajar, sama artinya dengan
mempermudah anak didik menerima pelajaran.
F.
Pengaturan anak didik.[14]
Bagaimana
interaksi edukatif dengan pendekatan kelompok menghendaki peninjauan pada aspek
perbedaan individual anak didik. Postur tubuh anak didik yang tinggi sebaiknya
di tempatkan di belakang. Anak didik yang mengalami gangguan penglihatan atau
pendengaran sebaiknya di tempatkan di depan kelas. Dengan demikian, anak didik
yang minus dapat melihat tulisan di papan tukis dengan cukup baik. Penempatan
anak didik yang mengalami gangguan penglitan di depan akan mempermudah si anak
untuk menyimak apa yang di sampaikan guru.
Adapun
pengaturan anak didik sebagai berikut:
1)
Pembentukan
organisasi
Untuk
melatih dan menciptakan ketertiban kelas, perlu di bentuk organisasi anak didik
di kelas. Pembentukan organisasi kelas merupakan langkah awal melatih dan
membina anak didik dalam hal berorganisasi. Mereka di pilih untuk belajar
bertanggung jawab atas tugas yang di percayakan. Organisasi anak didik dapat
membantu guru dalamm menyediakan sarana pengajaran, seperti menyediakan kapur,
alat peraga, buku paket, mengisi presensi siswa atau guru, dan sebagainya.
Organisasi-
organisasi pada umumnya berbentuk sederhana yang personelnya meliputi ketua
kelas, wakil ketua kelas, bendahara, sekretaris, dan beberapa buah seksi sesuai
keperluan. Pemilihan oara personil kelas dilakykan oleh anggota kelas (para
anak didik) secara demokratis dengan bimbingan wali kelas. Dengan kegiatan
seperti itu seorang guru sudah melakukan fungsi manajerial.
2)
Pengelompokan
anak didik
Dalam
upaya melayani kegiatan belajar anak didik yang optimal, pengelompokkan anak
didik mempunyai arti penting.Rostiyah N.K. (1989:80) membagi pengelompokkan
anak didik dari segi waktu, kecepatan, dan sifatnya.[15]
a.
Waktu:
1)
Kelompok
jangka pendek
2)
Kelompok
jangka panjang (3 bulan)
b.
Kecepatan:
1)
Kelompok
anak cepat
2)
Kelompok
anak lambat
c.
Sifat:
1)
Kelompok
untuk mengatasi alat pelajaran
2)
Kelompok
atas dasar intelegensi individual
3)
Kelompok
atas dasar minat individual
4)
Kelompok
untuk memperbesar partisipasi
5)
Kelompok
untuk pembagian pekerjaan
6)
Kelompok
untuk belajar secara efisien menuju suatu tujuan
Rumus tentang pengelompokkan anak
didik menurut conny semiawan, dkk. (1985:67) berbeda dengan pendapat di atas.
Conny semiawan mengemukakan konsepnya sebagai berikut:
a.
Pengelompokkan
menurut kesenangan berkawan
b.
Pengelompokkan
menurut kemampuan
c.
Pengelompokkan
menurut minat
Pola lain dalam membentuk krelompok-kelompok belajar dapat
dilakukan dengan cara-cara berikut:
1)
Pembentukan
kelompok diserahkan kepada anak didik
2)
Pembentukan
kelompok diatur oleh guru sendiri
3)
Pembentukan
kelompok diatur oleh atas usul anak didik.
Jadi, seorang guru yang merencanakan
pembentukan kelompok-kelompok belajar perlu memikirkan tentang
kelompok-kelompok yang akan di bentuk, topik, atau tugas apa yang di berikan,
media pengajaran yang di dapat di pakai, berapa lama kerja kelompok itu akan
berlangsung, cara mengontrol kerja kelompok, bentuk laporan kelompok,
pengaturan diskusi kelas (pleno) dan sebagainya demi pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah di rumuskan.[16]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar. Tujuan pengelolaan kelas adalah
menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar siswa dalam
lingkungan social, emosional, dan intelektual di dalam kelas. Ada beberapa
masalah yang timbul dalam penerapan pengelolaan kelas yaitu Kurang kesatuan, tidak
ada standar prilaku dalam bekerja kelompok, reaksi negative terhadap anggota
keelompok, mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya, mudah mereaksi ke
hal-hal negative/terganggu, Moral rendah, permusuhan agreasif dan tidak mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah.
B.
SARAN_SARAN
Sebagai manusia yang bergelut di dunia pendidikan, sudah menjadi
keharusan bagi kita untuk mengetahui dan memahami segala sesuatu yang berkaitan
dengan pendidikan serta menerapkannya dalam proses belajar-mengajar. Oleh
karena itu, perbanyaklah belajar dengan membaca buku maupun bergaul yang mampu
menambah wawasan dan pengetahuan yang mendunia dan menyeluruh.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Drs.
Syaiful bahri djamarah. 2000. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif,
Jakarta: PT Rineka Cipta
Drs.
Syaiful bahri djamarah, M,Ag. 2010. Strategi belajar mengajar, Jakarta: PT
Rineka Cipta
Dr.
Rusman, M,Pd. 2012. Model-model pembelajaran, Jakarta: PT Raja grafindo
http://kafeilmu.com/2011/04/definisi
-guru-tahukah-anda.html#ixZZ1hAt9sU3L
[1] Syaiful bahri djamarah, guru
dan anak didik dalam interaksi edukatif (cet. 1; Jakarta: PT rineka cipta, 2010),
h.172
[2] Ibid., h.174
[3] Syaiful bahri djamarah, strategi
belajar mengajar, (cet. 4 ; Jakarta: PT rineka cipta, 2010), h.174
[4] Ibid., h175
[5] Ibid., h.177
[6] Ibid., h.173
[7] Ibid., h 174
[8] Syaiful bahri djamara, guru
dan anak didik dalam interaksi edukatif (cet. 1 ;Jakarta: PT bineka cpta,
2000), h.173
[9] Ibid., h 174
[10] Ibid., h175
[11] Ibid., h 176
[12] Ibid., h.177
[13] Ibid., h 178
[14] Ibid., h 178
[15] Ibid., h.180
[16] Ibid., h.182
Tidak ada komentar:
Posting Komentar