Jumat, 18 Maret 2016

makalah bimbingan dan konseling


KATA PENGANTAR
            Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah swy yan telah di limpphakan kepda rahmat dan hidayahnya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kira nabi Muhammad saw yang telah memberika pencerahan melalui hadist-hadisnya yang mulia, sehiggga kita dapat mengetahui jalan yang di ridhoi allah swt.
            Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai pihak.Kecil kemungkinan lapaoran dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
  1. Allah swt yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan lapoan ini dengan lancar
  2. Yang terhormat dosen mata kuliah BK, yang telah memotivasi kelompok kami.
  3. Sahabat sahabat seperjuangan terbaik yang telah banyak membantu kelancaran penyususan hingga terselesaikan makalah ini
Penulis juga menyadari bahwa dalam penyususnan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini,
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan  pembaca umumnya.
Barru , 13 maret 2014


Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Evaluasi adalah suatu proses pengumpulan data untuk mengetahui keterlaksananya dan ketercapaian kegiatan yang telah di laksanakan dalam upaya mengambil keputusan.evaluasi mengetengahkan pemahaman bahwa kegiatan penilaian merupakan komposisi dari kegiatan mengukur, mengasesment, dan  mengevaluasi. Namun, mengingat kedudukan BK dalam aplikasinya bukan berfungsi sebagai pemberi nilai yang sifatnya formal seperti guru bidang study maka istilah evaluasi dalam BK akan lebih tepat jika ditekankan pada konsep evaluasi. Nah konsep evaluasi BK merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang terkait satu sama lain mengikuti kegiatan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut. Asesment dalam setiap kegiatan itu akan memberikan berbagai informasi sebagai tujuan dalam  menentukan berbagai alternatif. 

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana prinsip dan tujuan evaluasi BK?
2.      Apa kriteria tehnik evaluasi BK?
3.      Usaha apa yang digunakan dalam perubahan program BK?

C.     TUJUAN
1.      Untuk memahami prinsip dan tujuan evaluasi BK
2.      Untuk mengetahui kriteria dalam tehnik evaluasi BK
3.      Untuk mengetahui usha dalam meningkatkan program BK







BAB II
PEMBAHASAN
A.        PRINSIP DAN TUJUAN EVALUASI BK
1.      Pengertian Dan Prinsip Evaluasi BK
Evaluasi merupakan langkah penting dalam menejemen program bimbingan. Tanpa evaluasi tidak mungkin kita akan mengetahui dan mengidentifikasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan yang telah kita rencanakan. Evaluasi juga dapat diartikan sebagai proses pengumpulan informasi untuk mengetahui evektifitas kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dalam upaya mengambil keputusan.[1][1]
Konsep evaluasi bimbingan konseling merupakan kegiatan yang berkesinambungan dan terkait satu sama lainnya meliputi kegiatan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan tindak lanjut. Asesment dalam setiap kegiatan itu akan memberikan berbagai informasi sebagai tujuan dalam berbagai alternative keputusan. Evaluasi dalam keterkaitan bimbingan konseling yang akan melahirkan berbagai keputusan baik terhadap bimbingan konseling, guru pembimbing, maupun terhadap program kerja dan layanan itu sendiri
Prinsip berasal dari kata “PRINSIPRA” yang artinya merupakan suatu cara tertentu yang melahirkan hal-hal lain, yang keberadaannya tergantung dari pemula itu, prinsip ini merupakan hasil perpaduan antara kajian teoritik dan teori lapangan yang terarah yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan yang dimaksudkan. ( halaen,2002,:63)
Prinsip bimbingan dan konseling menguraikan tentang pokok-pokok dasar pemikiran yang dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Prayitno mengatakan: ” Bahwa prinsip merupakan hasil kajian teoritik dan telah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan” jadi dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip bimbingan dan konseling merupakan merupakan pemaduan hasil-hasil teori dan praktik yang dirumuskan dan dijadikan pedoman sekaligus pedoman sekaligus dasar bagi penyelengara pelayanan.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling prinsip yang digunakan bersumber dari kajian filosofis hasil dari penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan, fungsi, dan prosesnya, penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
Ada beberapa prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling diantaranya:
v  Hendaknya bimbingan bertitik tolak ( berfokus ) pada individu yang diambil.
v  Bimbingan diarahkan pada individu dan tiap individu memiliki karakteristik tersendiri.
v  Masalah yang dapat diselesaikan oleh tim pembimbing dilingkungan lembah hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang menyelesaikannya.
v  Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang akan dibimbing.
v  Bimbingan harus luves dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat.
v  Program pendidikan dilingkungan lembaga pendidikan tertentu harus sesuai dengan program pendidikan pada lebaga yang bersangkutan.
v  Hendaknya pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh orang yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerjasama dan menggunakan sumber-sumber yang relavan yang berada didalam ataupun di luar lembaga penyelenggara pendidikan.
v  Hendaknya melaksanakan program bimbingan di evaluasi untuk mengetahui hasil dan pelaksanaan program.


Sedangkan prinsip  program bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian nilai pada suatu program dalam rangka mengambil keputusan. Pengambilan keputusan  yang bertujuan agar adanya perbaikan dalam program.

Meski terlihat mudah, akan tetapi pada pelaksanaannya evaluasi seringkali tidak memperbaiki program, bahkan membuat masalah menjadi bertambah. [2][2]
Dalam menjaga tujuannya untuk melakukan perbaikan, maka ketika evaluasi dilakukan, maka evaluator harus memegang erat tujuh ( 7 ) prinsip dasar dalam evaluasi program bimbingan dan konseling. Ketujuh prinsip dasar ini harus menjadi pedoman bagi evaluator dalam melaksanakan evaluasi program BK. Ketuju prinsip dasar tersebut meliputi:
1)      Evaluasi yang efektif membutuhkan pengenalan atas tujuan-tujuan program.
2)      Evaluasi yang evektif membutuhkan kriteria pengukuran yang valid.
3)      Evaluasi yang evektif tergantung pada pelaksanaan pengukuran yang valid terhadap kriteria.
4)      Program evaluasi harus melibatkan semua yang berpengaruh.
5)      Evaluasi yang bermakna membutuhkan umpan balik.
6)      Evaluasi harus direncanakan, dan terus menerus sebagai proses.
7)      Evaluasi menekankan pada kepositifan.

B.     TUJUAN EVALUASI BK
Kegiatan evaluasi pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui atau memperoleh gambaran yang bersifat informasi akurat tentang keefektifan dan efesiensi sesuatu yang telah dilaksanakan. Secara khusus tujuan evaluasi akan sangat ditentukan oleh fungsi penilaian ( pengembilan keputusan dan penyediaan informasi) dan aspek-aspek yang akan dinilai itu sendiri.misalnya evaluasi yang ditujukan untuk program bimbingan konseling, akan memfungsikan kegiatannya pada penyediaan sejumlah informasi tentang program itu dan akan pula akan melahirkan keputusan tentang keefektifan atau efensiensi program.
Pada sisi akuntabilitas, evaluasi membuat para stakeholder yang memiliki kepentingan berkenaan dengan penyelenggaraan program bimbingan dan konseling memiliki tingkat yang tinggi pada program dan personel bimbingan dan konseling. Program yang akuntable adalah program yang dapat memberikan penjelasan kepada stakeholder.Selain itu program yang akuntabel adalah program yang dapat diketahui sejauhmana pencapaian dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.[3][3]
Mengenai penilaian yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dan penyediaan informasi.MURI(2005: 23) menyatakan bahwa evaluasi akan berfungsi sebagai perbaiakan, pengendalian proses dan mutu pendidikan dalam berbagai keputusan tentang peserta didik, akuntabilitas pendidik dan regulasi administrasi tentang sekolah.
Tujuan penilaian sangat berpengaruh pada pendekataan atau model evaluasi yang digunakan. Sedangkan menurut Anderson  dan ball menyebutkan bahwa tujuan evaluasi program adalah:
Ø  Memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan tentang keberlanjutan, ekspansi atau sertifikasi program.
Ø  Memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan tentang keberlanjutan ekspansi atau sertifikasi program.
Ø  Memberikan konstribusi dalam mengambil keputusan tentang modifikasi program.
Ø  Menyediakan bukti dukungan positif terhadap program.
Ø  Memberikan konstribusi dalam memahami dasar yang bersifat psikologis, sosial dalam proses lainnya.



C.     KARAKTERISTIK BK
                        ‘’Kriteria Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling di Sekolah
Penetapan kriteria sebagai patokan dalam evaluasi program bimbingan dan konseling sudah lama merupakan persoalan yang belum terpecahkan secara tuntas.Kriteria sebagai patokan untuk menevaluasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada terpenuhi tidaknya kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan pihak-pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung, berperan membantu peserta didik memperoleh perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
( Sukardi, 1990: 48).[4][4][29]
Selain itu kriteria keberhasilan program pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah juga bisa ditentukan dengan:
1.      Taraf keberhasilan siswa dalam belajar pada tingkat satuan pendidikan yang lebih tinggi.
2.      Perasaan puas dalam memangku jabatan di masyarakat.
3.      Aspirasi yang realistik dalam menyusun rencana masa depan.
4.      Frekuensi pengungkapan masalah yang mengganggu ketenangan hidup siswa berkurang.
5.      Hasil belajar di sekolah atau madrasah lebih baik ( meningkat ).
6.      Keterlibatan siswa dalam akademik meningkat.
7.      Jumlah siswa yang menimbulkan kasus problematika berkurang.
8.      Lebih banyak siswa yang memanfaatkan layanan-layanan bimbingan yang disediakan sekolah dan madrasah, misalnya layanan konseling.[5][5]
D.      Usaha Perubahan dalam Program Bimbingan
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang terencana berdasarkan pengukuran kebutuhan (need asessment) yang diwujudkan dalam bentuk program bimbingan dan konseling.Program bimbingan dan konseling di sekolah dapat disusun secara makro untuk 3 (tiga) tahun, meso 1 (satu) tahun dan mikro sebagai kegiatan operasional dan memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan khusus.Program menjadi landasan yang jelas terukur layanan profesional yang diberikan oleh konselor di sekolah.Program bimbingan dan konseling disusun berdasarkan struktur program dan bimbingan dan konseling perkembangan.[6][6]
Evaluasi terhadap program bimbingan yang bersumber pada data kuantitatif dan kualitatif menghasilkan suatu deskripsi evaluatif tentang program yang sedang berlangsung. Mengingat hasil evaluasi biasanya menunjukan beberapa kelebihan dan kekurangan/kelemahan, masih perlu dipikirkan langkah-langkah konkret yang diperlukan untuk menghilangkan kelemahan yang nyata itu dengan mengadakan sejumlah perubahan dalam program bimbingan.Merencanakan dan mengimplementasikan perubahan/perbaikan demi pengembangan dan peningkatkan mutu program bimbingan bukan hal yang serba mudah karena perubahan/perbaikan itu tidak hanya menyangkut penggunaan beberapa teknik yang dianggap lebih modern. Menciptakan perubahan dalam program bimbingan tidak jarang menuntut perencanaan baru, reorganisasi dalam pengelolaan program, pengadaan beberapa kegiatan baru dan berbagai sarana baru, modifikasi terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan, dan pembagian tugas di antara unsur tenaga bimbingan yang lain dari sebelumnya. Perencanaan dan pengolahan suatu program bimbingan bersifat cukup kompleks karena banyaknya aspek yang harus ditinjau.Oleh karena itu, perubahan dalam program bimbingan bersifat kompleks pula.


Di samping itu, laju perubahan dalam bentuk dan isi seluruh kegiatan bimbingan di institusi pendidikan cenderung mengikuti laju perkembangan dalam dunia pendidikan, yang pada umumnya lambat dan makan waktu lama. Ada pendapat yang menyatakan bahwa para pendidik di suatu lembaga persekolahan cenderung menentang perubahan dalam tata cara bekerjanya, karena perubahan itu akan menggoncangkan kebiasaan dan pola berpikir serta bertindak yang sudah lama di pegang. Biarpun atas prakarsa beberapa tokoh masyarakat atau sejumlah pakar di badan-badan pemerintah yang mengurus pengelolaan lembaga institusi pendidikan, para pendidik di lapangaan mengakui bahwa beberapa perubahan sebenarnya diperlukan, namun realisasi, koordinasi dan implememtasi dari perubahan itu biasanya tidak berjalan secepat yang diharapkan.Selain beraneka kesukaran praktis, juga sikap defensif dan rasa takut untuk berubah diri kerap menjadi sumber hambatan. Lebih-lebih seorang tenaga pendidik yang sudah bertugas lama, termasuk konselor sekolah, cenderung mudah untuk mempertahankan berbagai praktek yang sudah mereka kuasai daripada melepaskannya dan menciptakan cara pendekatan baru. Namun, harus diakui bahwa sumber hambatan tidak selalu semata-mata terletak pada unsur tenaga pendidik di lapangan. Sikap masyarakat umum juga dapat menghambat pelaksanaan perubahan dalam dunia pendidikan, karena masyarakat belum bersedia melepaskan beraneka keinginan,dambaan dan harapannya yang ditimpakan pada institusi-institusi pendidikan. Dalam keadaan ini bukanlah institusi pendidikan yang berhasil mengusahakan perubahan terhadap cara/pola berpikir dan bertindak dalam masyarakat, melainkan masyarakatlah yang menuntut supaya institusi pendidikan memenuhi keinginan dan tuntutan.Padahal, belum tentu bahwa keinginan mayarakat pada saat tertentu akhirnya paling menopang kesejahteraan masyarakat dan realitas kebutuhan yang obyektif. Misalnya, selama masyarakat mengejar gengsi yang melekat pada gelar sarjana dan bukan taraf keilmuan yang seharusnya dimiliki oleh seorang bergelar sarjana, segala perubahan di institusi pendidikan yang mengusahakan peningkatan taraf ilmu akan mendapat pertentangan dari masyarakat, kalau perubahan membawa akibat jumlah lulusan sarjana berkurang.
     Mengingat kenyataan ini, pengadaan perubahan mendasar dalam program bimbingan tidak terselesaikan dalam sekali berapat dinas dan kemudian mulai dilaksakan. Tidak ada car terbaik untuk mengadakan perubahan yang dapat diterapkan di mana-mana sebagai resep instant.Paling-paling dapat ditunjuk sejumlah langkah yang berguna dalam mengadakan beberapa perubahan yang diperlukan. Dalam bukunya Fundamentals of guidance (1981), Shertzer dan Stone menunjukan suatu rangkaian langkah kerja, sebagai berikut[7][7] :
1.    Memperoleh kesepakatan di antara seluruh anggota staf bimbingan bahwa akan di usahakan perubahan dalam program bim bingan kalau hasil evaluasi formal menunjukkan beberapa kelemahan tertentu.
2.    Menentukan dalam hal-hal apa dibutuhkan perubahan yang paling mendesak sesuai dengan hasil evaluasi produk dan hasil valuasi proses, dan perubahan apa saja yang lebih mudah dapat direalisasikan, mengingat sarana personil dan sarana material serta teknis yang tersedia. Dengan kata lain, ditentukan urutan prioritas dalam hal kebutuhan serta alternatif kemungkinan yang ada.
3.    Menganalisis keseluruhan situasi dan kondisi sekolah untuk mengetahui di mana letak faktor penyebab hambatan yang utama, yang menentang implementasi dari rangkaian perubahan yang sedang dipikirkan.
4.    Menjelaskan keadaan sekarang kepada semua pihak yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan perubahan terhadap program bimbingan dan menggambarkan keadaan yang lebih ideal yang dicita-citakan. Dengan demikian, ditunjukkan perbedaan antara yang dalam kenyataan ada dan yang seharusnya ada. Dalam hal ini koordinator bimbingan akan berperan sekali.
5.    Memperoleh dukungan dari jajaran pejabat struktural dilembaga sekolah yang sebaiknya atau seharusnya mengetahui tentang rangkaian perubahan itu tidak harus membawa dampak terhadap penyediaan dana personali, namun mengadaan perubahan yang cukup berarti umumnya tidak akan membawa hasil yang diharapkan kalau jajaran pejabat struktural yang berkepentingan tidak megetahuinya dan kurang mendukungnya.
6.    Memperoleh dukungan dari staf pengajar terhadap berbagai perubahan yang direncanakan, lebih-lebih bila perubahan itu dengan satu atau lain cara melibatkan banyak guru dan wali kelas. Staf pengajar yang memahami dan menyetujui, memberikan dukungan moral kepada staf pembimbing  dan dapat memberikan penjelaskan positif kepada para siswa seandainya ditanyai.
7.    Mempeoleh dukungan dari wakil-wakil orangtua siswa, seandainya di sekolahan terdapat badan perwakilan orangtua yang diikutsertakan dalam penentuan kebijaksanaan pendidikan dasar.




























BAB III
KESIMPULAN
A.    PRINSIP BIMBINGAN KONSELING
Ada beberapa prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling diantaranya:
v  Hendaknya bimbingan bertitik tolak ( berfokus ) pada individu yang diambil.
v  Bimbingan diarahkan pada individu dan tiap individu memiliki karakteristik tersendiri.
v  Masalah yang dapat diselesaikan oleh tim pembimbing dilingkungan lembah hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang menyelesaikannya.
v  Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang akan dibimbing.
v  Bimbingan harus luves dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat.
v  Program pendidikan dilingkungan lembaga pendidikan tertentu harus sesuai dengan program pendidikan pada lebaga yang bersangkutan.
v  Hendaknya pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh orang yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerjasama dan menggunakan sumber-sumber yang relavan yang berada didalam ataupun di luar lembaga penyelenggara pendidikan.
v  Hendaknya melaksanakan program bimbingan di evaluasi untuk mengetahui hasil dan pelaksanaan program.

B.     TUJUAN BK
Tujuan penilaian sangat berpengaruh pada pendekataan atau model evaluasi yang digunakan. Sedangkan menurut Anderson  dan ball menyebutkan bahwa tujuan evaluasi program adalah:
Ø  Memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan tentang keberlanjutan, ekspansi atau sertifikasi program.
Ø  Memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan tentang keberlanjutan ekspansi atau sertifikasi program.
Ø  Memberikan konstribusi dalam mengambil keputusan tentang modifikasi program.
Ø  Menyediakan bukti dukungan positif terhadap program.
Memberikan konstribusi dalam memahami dasar yang bersifat psikologis, sosial dalam proses lainnya

C.    KARAKTERISTIK EVALUASI BK
kriteria keberhasilan program pelayanan bimbingan dan konseling disekolah
1.      Taraf keberhasilan siswa dalam belajar pada tingkat satuan pendidikan yang lebih tinggi.
2.      Perasaan puas dalam memangku jabatan di masyarakat.
3.      Aspirasi yang realistik dalam menyusun rencana masa depan.
4.  Frekuensi pengungkapan masalah yang mengganggu ketenangan hidup siswa berkurang
5.      Hasil belajar di sekolah atau madrasah lebih baik ( meningkat ).
6.      Keterlibatan siswa dalam akademik meningkat.
7.      Jumlah siswa yang menimbulkan kasus problematika berkurang.
8.      Lebih banyak siswa yang memanfaatkan layanan-layanan bimbingan yang disediakan sekolah dan madrasah, misalnya layanan konseling

D.    USAHA PERUBAHAN BK
Usaha perubahan program terdapat beberapa langkah yaitu:
1.    Memperoleh kesepakatan di antara seluruh anggota staf bimbingan bahwa akan di usahakan perubahan dalam program bim bingan kalau hasil evaluasi formal menunjukkan beberapa kelemahan tertentu.
2.    Menentukan dalam hal-hal apa dibutuhkan perubahan yang paling mendesak sesuai dengan hasil evaluasi produk dan hasil valuasi proses, dan perubahan apa saja yang lebih mudah dapat direalisasikan, mengingat sarana personil dan sarana material serta teknis yang tersedia. Dengan kata lain, ditentukan urutan prioritas dalam hal kebutuhan serta alternatif kemungkinan yang ada.
3.    Menganalisis keseluruhan situasi dan kondisi sekolah untuk mengetahui di mana letak faktor penyebab hambatan yang utama, yang menentang implementasi dari rangkaian perubahan yang sedang dipikirkan.
4.    Menjelaskan keadaan sekarang kepada semua pihak yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan perubahan terhadap program bimbingan dan menggambarkan keadaan yang lebih ideal yang dicita-citakan. Dengan demikian, ditunjukkan perbedaan antara yang dalam kenyataan ada dan yang seharusnya ada. Dalam hal ini koordinator bimbingan akan berperan sekali.
5.    Memperoleh dukungan dari jajaran pejabat struktural dilembaga sekolah yang sebaiknya atau seharusnya mengetahui tentang rangkaian perubahan itu tidak harus membawa dampak terhadap penyediaan dana personali, namun mengadaan perubahan yang cukup berarti umumnya tidak akan membawa hasil yang diharapkan kalau jajaran pejabat struktural yang berkepentingan tidak megetahuinya dan kurang mendukungnya.
6.    Memperoleh dukungan dari staf pengajar terhadap berbagai perubahan yang direncanakan, lebih-lebih bila perubahan itu dengan satu atau lain cara melibatkan banyak guru dan wali kelas. Staf pengajar yang memahami dan menyetujui, memberikan dukungan moral kepada staf pembimbing  dan dapat memberikan penjelaskan positif kepada para siswa seandainya ditanyai.
7.    Mempeoleh dukungan dari wakil-wakil orangtua siswa, seandainya di sekolahan terdapat badan perwakilan orangtua yang diikutsertakan dalam penentuan kebijaksanaan pendidikan dasar.








DAFTAR PUSTAKA

2.      Ws, Winkel dan M.m Sri Hastuti. 2010. Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi


3.      Iim. Moutz. Blogspot.com/2011/05/evaluasi-program-bk-disekolah.html. senin, 1 oktober 2012. 09. 43. Wib
4.      M.Bahri Mustofa,M.Pd.I, Bimbingan Konseling DIsekolah, (Surabaya: PT. Putra Media Nusantara),2004.

5.      Aip Badrujaman, M.pd,Teori dan Aplikasi evaluasi program Bimbingan dan Konseling, ( Jakarta :PT. Indeks,2010)










Tidak ada komentar:

Posting Komentar