BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kurikulum dapat diartikan dengan
beragam variasi. Ada yang memandangnya secara sempit, yaitu kurikulum sebagai
kumpulan mata pelajaran atau bahan ajar. Ada yang mengartikannya secara luas,
meliputi semua pengalaman yang diperoleh siswa karena pengarahan, bimbingan dan
tanggung jawab sekolah. Kurikulum juga diartikan sebagai dokumen tertulis dari
suatu rencana atau program pendidikan, dan juga sebagai pelaksanaan dari
rencana yang sudah direncanakan. Tidak semua yang ada dalam kurikulum tertulis,
kemungkinan dilaksanakan dikelas.
Kurikulum dapat
mencakup lingkup yang sangat luas, yaitu sebagai program pengajaran pada suatu
jenjang pendidikan, dan dapat pula menyangkut lingkup yang sempit, seperti
program pengajaran suatu mata pelajaran untuk beberapa macam mata pelajaran.
Apakah dalam lingkup yang luas atau sempit, kurikulum membentuk desain yang
menggambarkan pola organisasi dari komponen-komponen kurikulum dengan
perlengkapan penunjangnya.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana
Pengertian Komponen Kurikulum?
2. Bagaimana
Komponen-Komponen Kurikulum?
3. Bagaimana Komponen Kurikulum Dalam Perspektif Pendidikan?
4. Bagaimana Keterkaitan
Antara Komponen Satu Dengan Yang Lainnya?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komponen Kurikulum
Komponen adalah bagian yang integral
dan fungsional yang tidak terpisahkan dari suatu sistem kurikulum karena
komponen itu sendiri mempunyai peranan dalam pembentukan sistem kurikulum.
Sebagai sebuah sistem, kurikulum mempunyai komponen-komponen. Seperti halnya dalam
sistem manapun, kurikulum harus mempunyai komponen lengkap dan fungsional baru
bisa dikatakan baik. Sebaliknya kurikulum tidak dikatakan baik apabila
didalamnya terdapat komponen yang tidak lengkap sekarang dipandang kurikulum
yang tidak sempurna.[1]
Suatu kurikum harus memiliki
kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini meliputi dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum
dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian antar komponen-komponen
kurikulum, yaitu sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan.
Demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan kurikulum.[2]
Kurikulum sebagai suatu sistem
memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang
lainnya, yakni tujuan, materi, metode, media, evaluasi. Komponen-komponen
tersebut baik secara sendiri maupun bersama menjadi dasar utama dalam upaya
mengembangkan sistem pembelajaran. Ada beberapa pendapat yang menegaskan
mengenai komponen kurikulum. Ralph W. Tyler menyatakan ada empat komponen
kurikulum yaitu tujuan, materi, organisasi dan evaluasi. Senada dengan pendapat
tersebut adalah Hilda Taba menulis bahwa komponen-komponen kurikulum itu antara
lain tujuan, materi pelajaran, metode dan organisasi serta evaluasi.
Komponen-komponen kurikulum saling berhubungan. Setiap komponen bertalian erat
dengan komponen lainnya. Tujuan menetukan bahan apa yang dipelajari, bagaiamana
proses belajarnya dan apa yang harus dinilai. Demikian pula penilaian dapat
mempengaruhi komponen lainnya.[3]
Tohari Musnamar telah
mengidentifikasikan dan merinci komponen-komponen yang dipertimbangkan dalam
rangka pengembangan kurikulum yaitu: dasar dan tujuan pendidikan, pendidik,
materi pendidikan, sistem penjenjangan, sistem penyampaian, sistem evaluasi,
peserta didik, proses pelaksanaan (belajar mengajar), tindak lanjut, organisasi
kurikulum, bimbingan dan konseling, administrasi pendidikan, sarana dan
prasarana, usaha pengembangan, biaya pendidikan, dan lingkungan. Sementara itu
Hasan Langgulung membagi unsur kurikulum menjadi empat yaitu: tujuan
pendidikan, isi atau kandungan pendidikan, metode pengajaran, dan metode
penilaian. Kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini
meliputi dua hal, pertama kesesuaian kurikulum tuntutan, kebutuhan, kondisi,
dan perkembangan masyarakat. Kedua, kesesuaan antara komponen-komponen
kurikulum, yaitu sesuai dengan isi dan tujuan, demikian juga dengan evaluasi
sesuai dengan proses, isi dan tujuan kurikulum.
Jadi, Salah satu fungsi kurikulum
ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya
kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan
dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut.
Komponen merupakan satu sistem dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan
tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu komponen saja tidak
ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.
B. Komponen-Komponen Kurikulum
Komponen-komponen kurikulum pada
prinsifnya terdiri dari empat macam komponen yaitu: tujuan, materi, metode dan
evaluasi.[4][7]
1. Komponen Tujuan
Komponen tujuan adalah komponen
kurikulum yang menjadi target atau sasaran yang mesti dicapai dari melaksanakan
suatu kurikulum. komponen ini sangat penting, karena melalui tujuan, materi
proses dan evaluasi dapat dikendalikan untuk kepentingan mencapai tujuan
kurikulum dimaksud. Tujuan kurikulum dapat dispesifikasikan ke dalam tujuan
pembelajaran umum yaitu berupa tujuan yang dicapai untuk satu semester.
Sedangkan tujuan pembelajaran khusus yang menjadi target setiap kali tatap
muka. Dalam konteks kurikulum berbasis kompetensi tujuan pembelajaran umum
disebut dengan istilah standar kompetensi dan tujuan pembelajaran khusus
disebut dengan istilah kompetensi dasar.
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa
tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan
mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.
a.
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
b.
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
c.
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Tujuan
pendidikan institusional tersebut kemudian dijabarkan lagi ke dalam tujuan
kurikuler; yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap mata
pelajaran yang dikembangkan di setiap sekolah atau satuan pendidikan.
2.
Komponen Isi/Materi
Komponen materi adalah komponen yang
didesain untuk mencapai komponen tujuan. Yang dimaksud dengan komponen materi
adalah bahan-bahan kajian yang terdiri dari ilmu pengetahuan, nilai, pengalaman
dan keterampilan yang dikembangkan ke dalam proses pembelajaran guna mencapai
komponen tujuan.
Siswa belajar dalam bentuk interaksi
dengan lingkungannya, lingkungan orang-orang, alat-alat, dan ide-ide. Tugas
utama seorang guru adalah menciptakan lingkungan tersebut, untuk mendorong
siswa melakukan interaksi yang produktif dan memberikan dirancang dalam suatu
rencana mengajar. Materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis,
dalam bentuk:[5][8]
a.
Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau
preposisi yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang
gejala dengan menspesifikasi hubungan-hubungan antara variabel-variabel dengan
maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
b.
Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari
kekhususan-kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau
gejala.
c.
Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus,
bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
d.
Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi
yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
e.
Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam
materi pelajaran yang harus dilakukan peserta didik.
f.
Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap
penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
g.
Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang
diperkenalkan dalam materi.
h.
Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau
proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.
i.
Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian
tentang suatu hal/kata dalam garis besarnya.
j.
Preposisi, yaitu cara
yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan
kurikulum.
Isi program kurikulum adalah segala
sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam
rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang
diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut. Bidang-bidang
studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan yang
ada. Kriteria yang dapat membantu pada perancangan kurikulum dalam menentukan
isi kurikulum. Kriteria itu antara lain:
a.
Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa.
b.
Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial.
c.
Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji
d.
Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas
e.
Isi kurikulum dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
3.
Komponen Metode
Strategi dan metode merupakan
komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen
yang memiliki peran sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi
kurikulum. Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar
yang digunakan dalam pengajaran. Tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran
tidak hanya terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran
tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengajaan, mengadakan
penilaian, pelaksanaan bimbingan dan mengatur kegiatan, baik yang secara umum
berlaku maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran.
Strategi pelaksanaan kurikulum
berhubungan dengan bagaimana kurikulum itu dilaksanakan disekolah. Kurikulum
merupakan rencana, ide, harapan, yang harus diwujudkan secara nyata disekolah,
sehingga mampu mampu mengantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum yang baik tidak akan mencapai hasil yang maksimal, jika
pelaksanaannya menghasilkan sesuatu yang baik bagi anak didik. Komponen
strategi pelaksanaan kurikulum meliputi pengajaran, penilaian, bimbingan dan
penyuluhan dan pengaturan kegiatan sekolah.[6][9]
Strategi meliputi rencana, metoda
dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu.
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya / kekuatan dalam
pembelajaran. Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal,
dinamakan metode.
Telah disampaikan di atas bahwa
dilihat dari filsafat dan teori pendidikan yang melandasi pengembangan
kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan tujuan dan materi pembelajaran,
hal ini tentunya memiliki konsekuensi pula terhadap penentuan strategi
pembelajaran yang hendak dikembangkan. Apabila yang menjadi tujuan dalam
pembelajaran adalah penguasaan informasi-intelektual, sebagaimana yang banyak
dikembangkan oleh kalangan pendukung filsafat klasik dalam rangka pewarisan
budaya ataupun keabadian, maka strategi pembelajaran yang dikembangkan akan
lebih berpusat kepada guru. Guru merupakan tokoh sentral di dalam proses
pembelajaran dan dipandang sebagai pusat informasi dan pengetahuan. Sedangkan
peserta didik hanya dianggap sebagai obyek yang secara pasif menerima sejumlah
informasi dari guru. Metode dan teknik pembelajaran yang digunakan pada umumnya
bersifat penyajian (ekspositori) secara massal, seperti ceramah atau seminar.
Selain itu, pembelajaran cenderung lebih bersifat tekstual.
Strategi pembelajaran yang
berorientasi pada guru tersebut mendapat reaksi dari kalangan progresivisme.
Menurut kalangan progresivisme, yang seharusnya aktif dalam suatu proses
pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Peserta didik secara aktif
menentukan materi dan tujuan belajarnya sesuai dengan minat dan kebutuhannya,
sekaligus menentukan bagaimana cara-cara yang paling sesuai untuk memperoleh
materi dan mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik mendapat dukungan dari kalangan rekonstruktivisme yang menekankan
pentingnya proses pembelajaran melalui dinamika kelompok.
Pembelajaran cenderung bersifat
kontekstual, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan tidak lagi dalam
bentuk penyajian dari guru tetapi lebih bersifat individual, langsung, dan
memanfaatkan proses dinamika kelompok (kooperatif), seperti : pembelajaran
moduler, obeservasi, simulasi atau role playing, diskusi, dan sejenisnya.
Selanjutnya, dengan munculnya pembelajaran berbasis teknologi yang menekankan
pentingnya penguasaan kompetensi membawa implikasi tersendiri dalam penentuan
strategi pembelajaran. Meski masih bersifat penguasaan materi atau kompetensi
seperti dalam pendekatan klasik, tetapi dalam pembelajaran teknologis masih
dimungkinkan bagi peserta didik untuk belajar secara individual.
Dalam pembelajaran teknologis
dimungkinkan peserta didik untuk belajar tanpa tatap muka langsung dengan guru,
seperti melalui internet atau media elektronik lainnya. Peran guru dalam
pembelajaran teknologis lebih cenderung sebagai director of learning, yang
berupaya mengarahkan dan mengatur peserta didik untuk melakukan
perbuatan-perbuatan belajar sesuai dengan apa yang telah didesain sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas, ternyata banyak kemungkinan untuk menentukan
strategi pembelajaran dan setiap strategi pembelajaran memiliki kelemahan dan
keunggulannya tersendiri.
4.
Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi adalah komponen
kurikulum yang dapat diperbandingkan seperti halnya penjaga gawang dalam
permainan sepak bola, memfungsikan evaluasi berarti melakukan seleksi terhadap
siapa yang berhak untuk diluluskan dan siapa yang belum berhak diluluskan,
karena itu siswa yang dapat mencapai targetlah yang berhak untuk
diluluskan,sedangkan siswa yang tidak mencapai target (prilaku yang diharapkan)
tidak berhak untuk diluluskan. Dilihat dari fungsi dan urgeni evaluasi yang
demikian, Dari sudut komponen evaluasi misalnya, berapa banyak guru yang
mengerjakan suatu mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang pendidikan
guru dan ditunjang pula oleh media dan sarana belajar yang memedai serta
murid yang normal.[7][10]
Komponen evaluasi sangat penting
artinya bagi pelaksanaan kurikulum. Hasil evaluasi dapat memberi petunjuk,
apakah sasaran yang ingin dituju dapat dicapai atau tidak. Di samping
itu, evaluasi juga berguna untuk menilai, apakah proses kurikulum berjalan
secara optimal atau tidak. Dengan demikian, dapat diperoleh petunjuk tentang
pelaksanaan kurikulum tersebut. Berdasarkan petunjuk yang diperoleh dapat
dilakukan perbaikan-perbaikan. Evaluasi kurikulum sepatutnya dilakukan secara
terus menerus. Untuk itu perlu terlebih dahulu ditetapkan secara jelas apa yang
akan dievaluasi, dengan menggunakan acuan dan tolok ukur yang jelas pula.
Sehubungan dengan rancang bangun kurikulum ini, evaluasi dilakukan untuk
mencapai dua sasaran utama, yaitu; pertama, evaluasi terhadap hasil atau
produk kurikulum; kedua, evaluasi terhadap proses kurikulum.[8][11]
Evaluasi kurikulum dimaksudkan
menilai suatu kurikulum sebagai program pendidikan untuk menentukan efisiensi,
efektivitas, relevansi, dan produktivitas program dalam mencapai tujuan
pendidikan. Efisiensi berkenaan dengan penggunaan waktu, tenaga, sarana dan
sumber-sumber lainnya secara optimal. Efektivitas berkenaan dengan pemilihan
atau penggunaan cara atau jalan utama yang paling tepat dalam mencapai suatu
tujuan. Relevansi berkenaan dengan kesesuaian suatu program dan pelaksanaannya
dengan tuntutan dan kebutuhan baik dari kepentingan masyarakat maupun peserta
didik. Produktivitas berkenaan dengan optimalnya hasil yang dicapai dari suatu
program.[9][12]
C. Komponen
Kurikulum Dalam Perspektif Pendidikan
Ralfh W. Tyler dalam Muhammad
Joko Susilo mengajukan 4 (empat) pertanyaan pokok yang mendasari ditemukannya
komponen kurikulum, yakni:
1.
Tujuan apa yang harus dicapai sekolah?
2.
Bagaimana memilih bahan pelajaran guna mencapai tujuan itu?
3.
Bagaimanakah bahan disajikan agar efektif diajarkan?
4.
Bagaimana efektivitas belajar dapat dinilai?[10][13]
Berdasarkan pertanyaan itu, maka
diperoleh keempat komponen kurikulum yakni; pertama, tujuan; kedua,
bahan pelajaran; ketiga, proses belajar mengajar; keempat,
evaluasi dan penilaian. Pola kurikulum yang dikemukakan oleh Tyler ini
nampaknya sangat sederhana, namun dalam kenyataannya lebih kompleks dari pada
yang diduga. Tak mudah menentukan pendidikan dan pengajaran, tak mudah pula
menentukan bahan untuk mendidik anak agar menjadi manusia pembangunan, jujur,
kerja keras, dan sebagainya. Menentukan kegiatan belajar mengajar yang efektif
tak kurang sulitnya, karena keberhasilannya harus diketahui setelah
nilai.
Tiap komponen saling bertalian erat
dengan semua komponennya lainnya, jadi tujuan bertalian erat dengan bahan
pelajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian. Tanda panah dua arah
melambangkan interelasi antara komponen-komponen kurikulum. Kita lihat tiap
komponen yang mana pun ada hubungannya dengan semua komponen lainnya. Apa yang
tampak gambang pada bagan sebenarnya tidak mudah dalam pelaksanaan pengembangan
kurikulum, apalagi dalam mencapai tujuan-tujuan yang bersifat umum, terutama
dalam bidang afektif. Bahan apa yang paling serasi untuk membentuk
manusia yang jujur, bertanggung jawab, takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
paling setia kepada janji, cermat, bersih, bijaksana, sopan, dan sebagainya,
tidak mudah menentukannya. Juga tidak mudah menentukan proses belajar
mengajarnya yang tepat. Apakah seorang akan lebih bertanggung jawab bila ia
disuruh menghafal peraturan-peraturan atau mendiskusikannya? Bagaimana menilai
seseorang bahwa ia telah bertanggung jawab dalam segala perbuatannya. Kalau
dikaitkan dengan tujuan nasional yang dirumuskan dalam falsafat bangsa dan
negara yaitu Pancasila, maka dapat kita rasakan betapa sukar dan peliknya
pekerjaan mengembang kurikulum.[11][14]
D. Keterkaitan
Antara Komponen Satu Dengan yang Lainnya
Komponen
tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala makro
rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang
dianut masyarakat. Bahkan rumusan tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang
dicita-citakan. Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan
pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut
semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang
biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun
aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan
untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
Strategi
berkaitan dengan upaya yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan.
Strategi yang ditetapkan dapat berupa strategi yang menempatkan siswa sebagai
pusat dari setiap kegiatan, ataupun sebaliknya. Strategi yang berpusat kepada
siswa biasa dinamakan teacher centered. Strategi yang bagaimana yang dapat
digunakan sangat tergantung kepada tujuan dan materi kurikulum.
Evaluasi
merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks
kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah
ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan
balik dalam perbaikan strategi yang diterapkan.
BAB III
PENUTUP
Komponen adalah bagian yang integral
dan fungsional yang tidak terpisahkan dari suatu
sistem kurikulum karena komponen itu sendiri mempunyai peranan dalam
pembentukan sistem kurikulum
Karena kurikulum dapat diumpamakan
sebagai suatu organisme manusia ataupun binatang, yang memiliki susunan anatomi
tertentu. Jadi, komponen kurikulum merupakan bagian-bagian atau unsur-unsur
kurikulum yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu
Kurikulum dapat diumpamakan sebagai
suatu organisme manusia ataupun binatang, yang memiliki susunan anatomi
tertentu. Unsur atau komponen-komponen dari anatomi tubuh kurikulum yang utama
adalah tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media, serta
evaluasi. Komponen-komponen tersebut berkaitan erat satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad, Pengembangan Kurikulum di Sekolah,
Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008
Amailik, Oemar, Kurikulum Pembelajaran,
Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Arifin, Zainal. Konsep & Model
Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2011
Hasibuan, Lias. Kurukulum
dan Pemikiran Pendidikan. Jakarta:
Gaung Persada Press. 2010
Idi, Abdulllah, Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktik, Jogjakarata: Ar-Ruzz Media, 2011
Mujib, Abdul dan Jusuf
Mudzakir. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada
Media. 2010
Sukmadinata, Syaodih, Nana. Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktik. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2010
Susilo, Joko, Muhammad, Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008
Syarif, Hamid. Pengembanagan Kurikulum,
Pasuruan: Garoeda Buana Indah, 2009
Zaini, Muhammad. Pengembangan
Kurikulum; Konsep Implementasi, Evaluasi dan Inovasi. Yogyakarta: Teras.
2009
Fotenote
[13][5] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktik. Bandung:
Remaja Rosdakarya. 2010. Hal. 102
[14][6] Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum; Konsep Implementasi,
Evaluasi dan Inovasi. Yogyakarta: Teras. 2009. Hal. 79-81
[19][11] Muhammad Ali, Pengembangan
Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008, hal. 60
[20][12] Nana Sudjana, Pembinaan dan
Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005,
hal. 49
[21][13] Muhammad Joko Susilo, Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008, hal 88.
[1] Abdul Majid,
dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Remaja
Rosda Karya, Bandung, 2006hal.130
2 Lias Hasibun, Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan,
Jakarta: Gaung Persada, 2010. hal. 37
[3] Lias Hasibun,
Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada, 2010. hal. 37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar