BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber
pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam
kehidupannya menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti.. Manusia tidak
sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia
yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit
manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain.
Khususnya bagi yang terakhir inilah bimbingan dan konseling diperlukan.
Pada pelaksanaan bimbingan dan konseling di
Sekolah guru memiliki perananan yang sangat penting karena
guru merupakan sumber yang sangat menguasai informasi tentang keadaan siswa. Di
dalam melakukan bimbingan dan konseling, kerja sama konselor dengan personel lain di sekolah merupakan suatu
syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Kerja sama ini akan menjamin tersusunnya
program bimbingan dan konseling yang komprehensif, memenuhi sasaran, serta
realistik.
Meskipun keberadaan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah sudah lebih diakui sebagai profesi,
namun masih ada persepsi negatif tentang bimbingan dan konseling terutama
keberadaannya di sekolah dari para guru, sebagian pengawas, kepala sekolah,
para siswa, orang tua siswa bahkan dari guru BK sendiri. Selain persepsi
negatif tentang BK, juga sering muncul tudingan miring terhadap guru bimbingan
dan konseling di sekolah.
Munculnya
persepsi negatif tentang BK adalah tidak diketahuinya
fungsi, arah dan tujuan bimbingan
di sekolah atau tidak disusunnya program BK secara terencana. Dapat juga
disebabkan oleh ketidaktahuan akan tugas,
peran, fungsi, dan tanggung jawab guru BK itu sendiri.
B.
Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah :
1. Apa fungsi bimbingan di sekolah?
2. Bagaimana arah dan tujuan
bimbingan dan konseling di sekolah?
3. Apa saja syarat program bimbingan di sekolah?
4. Bagaimana syarat
bagi seorang pembimbing di sekolah?
5. Bagaimana prinsip-prinsip
program bimbingan di sekolah?
6. Bagaimana langkah-langkah
penyusunan program bimbingan?
7. Bagaimana sistematika
penyusunan dan pengembangan program BK?
8. Apa saja
kegiatan-kegiatan dalam program bimbingan?
9.
Bagaimana
implikasi-implikasi suatu program bimbingan?
C.
Tujuan
Tujuan
pembuatan dari makalah ini adalah:
- Untuk mengetahui fungsi bimbingan di sekolah
2. Untuk
mengetahui arah dan tujuan
bimbingan dan konseling di sekolah?
3. Untuk
mengetahui Apa saja
syarat program
bimbingan di sekolah?
4. Untuk
mengetahui syarat bagi seorang pembimbing di sekolah?
5. Untuk
mengetahui a
prinsip-prinsip
program bimbingan di sekolah?
6. Untuk
mengetahui langkah-langkah
penyusunan program bimbingan?
7. Untuk
mengetahui sistematika penyusunan dan pengembangan program BK?
8. Untuk
mengetahui kegiatan-kegiatan dalam program bimbingan?
9. Untuk
mengetahui implikasi-implikasi suatu program bimbingan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Fungsi Bimbingan di Sekolah
Bimbingan
dan konseling disekolah berfungsi sebagai upaya untuk membantu kepala sekolah
beserta stafnya di dalam menyelenggarakan kesejahteraan sekolah.
Uman
Suherman (2008) menyatakan bahwa secara umum, fungsi bimbingan dan konseling
dapat diuraikan sebagai berikut.
1.
Fungsi
pemahaman,
yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli (klien) agar memiliki
pemahaman terhadap potensi dirinya dan lingkungan (pendidikan, pekerjaan, dan
norma agama). Konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara
optimal dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
2.
Fungsi
preventif, yaitu
fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya supaya
tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan
kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan
yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan
orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok.
3.
Fungsi
pengembangan,
yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif . konselor
berupaya untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif. Konselor dan
guru atau staf sekolah bekerja sama membentuk tim kerja merencanakan dan
melaksanakan program bimbingan secara berkesinambungan membantu konseli
mencapai tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan di sini
adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain
storming), home room, dan karyawisata.
4.
Fungsi
penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif.
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang
telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar maupun
karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling dan remedial teaching.
5.
Fungsi
penyaluran, yaitu
fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan
ekstrakurikuler, jurusan, atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir
atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri
kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor bekerja sama
dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
6.
Fungsi
adaptasi, yaitu
fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah/ madrasah dan staf,
konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar
belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan konseli. Dengan menggunakan
informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu
para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan
menyusun materi sekolah/madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran
maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
7.
Fungsi
penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
untuk menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan
konstruktif.
8.
Fungsi
perbaikan, yaitu
fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat
memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak).
Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konsli supaya
memiliki pola berpikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat
sehingga dapat menghantarkan mereka pada tindakan atau kehendak yang produktif
dan normatif.
9.
Fungsi
fasilitas, memberikan
kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal, serasi, selaras, dan seimbang dalam seluruh aspek dalam diri konseli.
10. Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling
untuk membantu supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif
yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar
terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktifitas
diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik,
rekreatif, dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli.
B.
Syarat Program Bimbingan di Sekolah
Syarat
Program Bimbingan adalah :
1. Program bimbingan itu hendaknya
dikembangkan secara berangsur-angsur atau tahap dengan melibatkan semua staf
sekolah dalam perencanaannya.
2. Program bimbingan itu harus memiliki
tujuan yang ideal dan realistis dalam perencanaannya.
3. Program bimbingan itu harus
mencerminkan komunikasi yang kontiyu antara semua anggota staf sekolah yang
bersangkutan.
4. Program bimbingan itu harus
menyediakan atau memiliki fasilitas yang diperlukan.
5. Program bimbingan itu harus disusun
sesuai program pendidikan dan pengajaran di sekolah yang bersangkutan.
6. Program bimbingan harus memberikan
pelayanan kepada semua murid.
7. Program bimbingan harus menunjukan
peranan yang penting dalam menghubungkan sekolah dengan masyarakat.
8. Program bimbingan harus memberikan
kesempatan untuk melaksanakan penilaian terhadap diri sendiri.
9. Program bimbingan harus menjamin
keseimbangan pelayanan bimbingan dalam hal:
- Pelayanan kelompok dan individual
- Pelayanan yang diberikan oleh berbagai jenis petugas bimbingan
- Studi individual dan penyuluhan individual
- Penggunaan alat pengukur atau teknik alat pengumpul data yang obyektif dan subyektif
- Pemberian jenis-jenis bimbingan
- Pemberian penyuluhan secara mum dan penyuluhan khusus
- Pemberian bimbingan tentang berbagai program sekolah
- Penggunaan sumber-sumber di dalam sekolah dan di luar sekolah yang bersangkutan
- Kebutuhan individual dan kebutuhan masyarakat
- Kesempatan untuk berfikir, merasakan dan berbuat.
C.
Syarat Bagi Seorang Pembimbing Di Sekolah
Syarat-syarat yang dituntut bagi seorang pembimbing di
sekolah menurut Arifin dan Eti Kartikawati (1994/1995) menyatakan bahwa
petugas bimbingan dan konseling di sekolah (termasuk madrasah) dipilih atas
dasar beberapa kualifikasi yaitu:
1. Syarat yang Berkenaan dengan
Kepribadian
Seorang guru pembimbing atau
konselor harus memiliki kepribadian yang baik. Pelayanan bimbingan dan
konseling berkaitan dengan pembentukan perilaku dan kepribadian klien akan
efektif apabila dilakukan oleh seorang pembimbing yang memiliki kepribadian
yang baik pula.
2. Syarat yang Berkenaan dengan
Pendidikan
Pelayanan bimbingan dan konseling
merupakan pekerjaan profesional. Setiap pekerjaan profesional menuntut
persyaratan-persyaratan tertentu antara lain pendidikan. Seorang guru
pembimbing atau konselor selayaknya memiliki pendidikan profesi, yaitu jurusan
bimbingan konseling Strata Satu (S1), S2 maupun S3. Atau sekurang-kurangnya
pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang bimbingan dan konseling.
3. Syarat yang berkenaan dengan
Pengalaman
Pengalaman memberikan pelayanan
bimbingan dan konseling berkontribusi terhadap keluasan wawasan pembimbing atau
konselor yang bersangkutan. Syarat pengalaman bagi calon guru BK setidaknya
pernah diperoleh melalui praktik mikro konseling dan praktek Pengalaman
Lapangan (PPL) bimbingan dan konseling. Setidaknya calon guru BK di sekolah dan
madrasah pernah berpengalaman memberikan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada para siswa.
4. Syarat yang berkenaan dengan
kemampuan
Kepemilikan kemampuan atau
kompetensi dan keterampilan oleh gurur pembimbing atau konselor merupakan suatu
keniscayaan. Tanpa kepemilikan kemampuan (kompetensi) dan keterampilan, tidak
mungkin guru pembimbing atau konselor dapat melaksanakan tugas dengan baik.
Dalam
pendapat lain dijelaskan bahwa persyaratan supaya seorang pembimbing dapat
menjalankan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya, maka pembimbing harus memenuhi
syarat-syarat tertentu, dalam bukunya Bimbingan dan Konseling (studi dan karir)
Prof. Dr. Bimo Walgito Menjelaskan, yaitu:
1.
Seorang
pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas, baik segi teori maupun
praktik. Segi teori merupakan hal yang penting karena segi inilah yang menjadi
landasan di dalam praktik. Praktik tanpa teori merupakan praktik yang ngawur.
Segi praktik adalah perlu dan penting, karena bimbingan dan konseling merupakan
applied science, ilmu yang harus diterapkan dalam praktik sehari-hari,
sehingga seorang pembimbing akan canggung apabila ia hanya menguasai teori saja
tanpa memiliki kecakapan didalam praktik.
2.
Di
dalam segi psikologis, seorang pembimbing akan dapat mengambil tindakan yang
bijaksana jika pembimbing telah cukup dewasa secara psikologis, yaitu adanya
kemantapan atau kestabilan di dalam psikisnya, terutama dalam segi emosi.
3.
Seorang
pembimbing harus sehat jasmani maupun psikisnya, apabila jasmani dan psikis
tidak sehat, maka hal itu akan mengganggu di dalam menjalankan tugasnya.
4.
Seorang
pembimbing harus mempunyai kecintaan terhadap pekerjaannya dan juga terhadap
anak atau individu yang dihadapinya. Sikap ini akan menimbulkan kepercayaan
pada anak. Tanpa adanya kepercayaan dari anak maka tidaklah mungkin pembimbing
dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.
5.
Seorang
pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga dapat diharapkan usaha
bimbingan dan konseling berkembang ke arah keadaan yang lebih sempurna demi
untuk kemajuan sekolah.
6.
Karena
bidang gerak dari pembimbing tidak terbatas pada sekolah saja, maka seorang
pembimbing harus supel, ramah tamah, sopan santun di dalam segala perbuatannya,
sehingga pembimbing dapat bekerja sama dan memberikan bantuan secukupnya untuk
kepentingan anak-anak.
7.
Seorang
pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat menjalankan prinsip-prinsip
serta kode etik bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya.
E. Prinsip-prinsip
Program Bimbingan di Sekolah
Pelayanan BK secara resmi memang ada
di sekolah tetapi keberadaannya belum optimal. Dalam hal ini, Belkin (dalam
Prayitno 1994) seperti terungkap dalam tulisan Wawan Junaidi (009), menegaskan
bahwa untuk menumbuhkembangkan pelayanan BK di sekolah, ada prinsip-prinsip
yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut.
1.
Sasaran
layanan:
a. melayani semua individu tanpa
memandang usia, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial;
b.
memerhatikan
tahapan perkembangan;
c.
memerhatikan
adanya perbedaan individu dalam layanan.
2.
Berkenaan
dengan permasalahan yang dialami individu:
a. menyangkut pengaruh kondisi mental
maupun fisik individu terhadap penyesuaian pengaruh lingkungan, baik di rumah,
sekolah dan masyarakat sekitar;
b. timbulnya masalah pada individu
karena adanya kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya.
3.
Program
pelayanan bimbingan dan konseling:
a. bimbingan dan konseling merupakan
bagian integral dari pendidikan dan pengambangan individu, sehingga program
bimbingan konseling diselaraskan dengan program pendidikan dan pengembangan
diri peserta didik;
b. program bimbingan dan konseling
harus fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik maupun
lingkungan;
c. program bimbingan dan konseling
disusun dengan mempertimbangkan adanya tahap perkembangan individu;
d. program pelayanan bimbingan dan
konseling perlu diberikan penilaian hasil layanan.
4.
Berkenaan
dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan:
a. pelayanan diarahkan untuk
pengembangan individu yang akhirnya mampu secara mandiri membimbing diri
sendiri;
b. pengambilan keputusan yang diambil
oleh individu hendaknya atas kemauan diri sendiri;
c. permasalahan individu dilayani oleh
tenaga ahli/profesional yang relevan dengan permasalahan individu;
d. perlu ada kerja sama dengan personal
sekolah dan orangtuan dan bila perlu dengan pihak lai yang berwenang dalam
permasalahan individu; dan
e. proses pelayanan bimbingan konseling
melibatkan individu yang telah memperoleh hasil pengukuran dan penilaian
layanan.
Dengan
demikian, prinsip bimbingan dan konseling di sekolah adalah membantu dan
melayani dengan sepenuhnya para perserta didik agar tidak tertinggal dari aspek
belajar dari teman-teman sekelasnya, dan juga agar bergaul sejajar dengan
mereka dengan tidak dikecualikan sama sekali.
F.
Langkah-Langkah Bimbingan Konseling Di Sekolah
Penyusunan program bimbingan konseling (BK) di sekolah
disusun harus merajuk kepada program sekolah secara umum. Artinya program BK di
sekolah disusun tidak boleh bertentangan dengan program sekolah yang
bersangkutan. Selain itu, penyusunan program BK harus sesuai dan
berorientasi dengan kebutuhan sekolah secara umum. Sebelum melaksanakan bimbingan kepada peserta didik, ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan sebelum melaksanakan bimbingan. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Identidikasi Kasus
Sebagai langkah awal ketika akan memberikan bimbingan
dan konseling
kepada peserta didik ialah identifikasi
masalah yaitu mengamati peserta didik baik secara langsung
maupun secara tidak langsung. Hal lain yang
bisa
dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada peserta didik,
meminta
peserta didik
untuk menjelaskan masalah yang
dihadapi, menanyai pendapat dari teman-teman dekatnya maupun melihat masa lalu
dari peserta didik tersebut.Dalam melaksanakan identifikasi kasus mengumpulkan data konselor bisa
juga menggunakan
metode observasi yaitu dengan penyelidikan yang
dijalankan secara sistematis dan sengaja
diadakan
dengan menggunakan alat indera terhadap kejadian-kejadian yang bisa langsung ditangkap pada waktu kejadian berlangsung
2. Diagnosa
Suatu proses
penentuan
masalah yaitu dengan melihat hasil
dari identifikasi yang telah dilakukan. Identfikasi
sangat erat hubungannya dengan diagnosa karena ketika identifikasinya
salah akan berakibat kesalahan juga dalam penentuan masalahnya.
3. Pragnosa
Pragnosa
merupakan bentuk penentuan penyelesaian dari permasalahan yang telah teridentifikasi. Penentuan opsi penyelesaian hendaknya menitik beratkan pada tingkat kesessuaian dan ketepatan dengan masalah yang ada.
4. Terapi
Terapi merupakan bentuk langkah konkrit dari bimbingan dan konseling,
proses terapi dilaksanakan secara berkesinambungan serta menghadirkan hal-hal yang sekiranya dapat mempermudah dalam mpelaksanaan terapi.
5. Evaluasi dan Tindak Lanjut
Evaluasi merupakan hal yang terakhir dalam melaksanakan bimbingan dan
konseling. Evaluasi melihat seberapa besar pengaruh atau hasil dari terapi
yang telah diberikan,
evaluasi juga berfungsi
untuk melihat sejauh mana
tingkat kesesuaian
antara permasalahan yang dihadapi dengan penyelesaian yang telah diberikan.
Apabila hasilnya positif (sesuai) maka terapi yang dilakukan bisa dilaksanakan secara terus menerus sampai
peserta didik mampu menggali potensi, serta mampu mengembangkan apa
yang ia cita-citakan, namun begigu juga sebaliknya ketika hasil dari
evaluasi
menunjukan ketidak cocokan maka hal yang perlu dilakukan ialah
melihat
identifikasi
apakah benar-banar
sudah sesuai dengan prosedur yang standar atau belum.
Untuk menyusun suatu program bimbingan
ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, diantaranya:
1.
Susunlah
program bimbingan yang relevan dengan kebutuhan bimbingan di sekolah. Karena
dengan program yang relevan dengan kebutuhan ini, akan dapat berfungsi sesuai
tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu perlu diadakan inventarisasi masalah dan
kebutuhan anak di sekolah. Kemudian untuk selanjutnya ditentukan prioritas
penanganan masalah atau kebutuhan yang akan dilayani.
2.
Mempertimbangkan
sifat-sifat khas sekolah, yaitu: jenis sekolah, ukuran sekolah, sifat atau
tujuan sekolah, guru-huru, murid-murid dengan berbagai persoalan dan sika.
Lingkungan tempat sekolah juga dapat menentukan sifat masalah dan kebutuhannya,
umpamanya sekolah di kota besar, di desa, di lingkungan orang berada atau
miskin.
3.
Hendaknya
diadakan inventarisasi berbagai macam fasilitas yang ada, termasuk di dalamnya
petugas bimbingan yang telah ada sebagai pelaksana program bimbingan, ruangan
yang telah tersedia dan dapat dipergunakan dan kemungkinan untuk bisa
dikembangkan, dana yang tesedia dengan berbagai peralatan yang akan dipergunakan
untuk memperlancar jalannya layanan bimbingan di sekolah.
4.
Hendaknya
ditentukan program kerja yang terinci dan sistematis dalam program bimbingan di
sekolah berdasarkan masalah-masalah yang secara mendesak harus ditangani.
Program kerja harus memberi jawaban atas permasalahan atau berbagai kebutuhan
yang ada.
5.
Handaknya
ditentukan personalia, pembagian tugas dan tanggung jawab yang merata dengan
mempertimbangkan berbagai faktor, yaitu: kemampuan, minat, kesempatan dan bakat
yang dimiliki oleh staf sekolah yang ada.
6.
Menentukan
organisasi, termasuk di dalamnya ialah kerja dan kerja sama dalam
mewujudkan program bimbingan, cara berfungsinya tim atau personalia,
berhubungan dengan tugas-tugas lainnya.
7.
Hendaknya
diadakan evaluasi program bimbingan yang gunanya untuk mengecek seberapa
jauh rencana dan pengaturan kerja itu telah dapat dilaksanakan.
8.
Isi atau
kegiatan yang diprogramkan, tidak hanya menyangkut bahan yang hendak disajikan
tetapi juga metode penyajian maupun kegiatan menunjangnya.
G.
Kegiatan-kegiatan Dalam Program bimbingan
Secara operasional pelaksanaan program
layanan bimbingan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut;
1.
Tahapan
persiapan
a. Penyusunan
program BP
b. Konsultasi
dengan pihak sekolah
c. pengumpulan
berbagai informasi yang diperlukan
d. penyediaan
pasilitas BP yang diperlukan
2.
Program pengumpulan keterangan/data
tentang siswa
Tujuan: memperoleh
keterangan/data yang selengkap-lengkapnya tentang siswa yang diperlukan untuk bantuan kepada mereka
a.
Jenis data yang
dikumpulkan:
1)
Identitas
pribadi siswa
2)
Keadaan
keluarga dan lingkungan sosial
3)
Data psikis
siswa
b.
Alat/teknik
pentitas pengumpulan data
1)
Alat/teknik non-testing
a)
Observasi (di
luarkelas, di rumah, di tempat-tempat tertentu)
b)
Wawancara
(dengan murid, orang tua guru dan pihak-pihak lain)
c)
Angket
d)
Sosiometri
e)
Skala penilaian
f)
Album BP
2)
Alat/teknik
testing
a)
Aspek
intelektual
b)
Aspek emosional
c)
Aspek kemauan
d)
Aspek
kepribadian
e)
Aspek
lingkungan dan pengaruhnya terhadap perkembangan
Dilaksanakan dengan menggunakan “psychotest” yang
sudah dilakukan dan dilaksanakan dengan kerjasama dengan lembaga-lembaga lain.
Tes-tes tersebut seperti test-test intelegensi, tes minat, test kepribadian,
tes bakat khusus dan sebagainya.
c.
Sumber data
Pihak yang dapat dijadikan sumber data antara lain:
siswa-siswa itu sendiri, kawan-kawannya, orang tuanya, saudara-saudaranya, guru
dan staf lainnya, lembaga-lembaga lain seperti dokter, rumah sakit organisasi
dan sebagainya.
3.
Pemberian
informasi dan orientasi
Tujuan: agar para
siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai situasi pendidikan yang akan
ditempuhnya. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut bentuk pemberian informasi dan
orientasi kepada siswa, baik secara lisan tulisan maupunmengamati langsung
secara individual maupun kelompok, yang meliputi:
Ø Orientasi
kehidupan di sekolah
Ø Orientasi
kehidupan perguruan tinggi
Ø Informasi
tentang pekerjaan
Ø Informasi
tentang cara-cara belajar
Ø Tata tertib
sekolah
Ø Informasi dan
orientasi lingkungan sekitar
4.
Penempatan dan
penyaluran
Tujuan: Agar siswa
memperolah posisi yang sesuai dengan potensi dirinya
5.
Bantuan
penyuluhan
Tujuan: Membantu
siswa dalam mengatasi/memecahkan masalah pribadinya dengan menggunakan
potensinya sendiri seoptimal mungkin sehingga ia dapat mencapai tujuan
pendidikan sesuai dengan bakat dan kapasitasnya.
6.
Bantuan dan
kesulitan belajar
Tujuan: agar siswa
memperoleh sukses dalam belajar secara optimal sesuai potensi yang dimilikinya.
Bantuan yang diberikan tidak saja kepada siswa yang telah nyata menunjukan
kesuklitan belajar, akan tetepi juga kepada siswa –siswa lain yang menunjukan
kesulitan-kesulitan belajar.
7.
Pertemuan staf
8.
Penataran
petugas bimbingan dan guru-guru
9.
Hubungan
masyarakat
Tujuan: membantu dan
membina pemahaman yang lebih objektif tentang program bimbingan di sekolah,
terutama bagi guru, orang tua siswa, dan masyarakat pada umumnya
10. Usaha-usaha
penilaian dan tindak lanjut
Tujuan: menilai
efisiensi program bimbingan dalam hubungannya dengan program pendidikan
umumnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Secara umum, fungsi bimbingan dan konseling yaitu: Fungsi
pemahaman, fungsi preventif, fungsi pengembangan, fungsi penyembuhan, fungsi
penyaluran, fungsi adaptasi, fungsi penyesuaian, fungsi perbaikan, fungsi
fasilitasi, dan
fungsi
pemeliharaan,.
Secara khusus arah dan tujuan bimbingan dan konseling di
sekolah ada tiga macam, yaitu: Tujuan bimbingan bagi siswa, tujuan bimbingan
bagi guru dan tujuan bimbingan bagi sekolah.
Syarat-syarat bagi seorang pembimbing di sekolah menurut
Arifin dan Eti Kartikawati (1994/1995) dipilih atas dasar kualifikasi : (1)
Kepribadian, (2) Pendidikan, (3) Pengalaman, dan (4) Kemampuan.
Prinsip
program bimbingan di sekolah mencakup beberapa hal yaitu: sasaran layanan,
berkenaan dengan permasalahan yang dialami individu, program pelayanan
bimbingan dan konseling, berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan.
Langkah langkah penyusunan program BK harus sesuai dan berorientasi dengan
kebutuhan sekolah secara umum. Sebelum melaksanakan bimbingan kepada peserta didik,
ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan sebelum melaksanakan bimbingan.
Sistematika penyusunan dan pengembangan program BK Sekolah yang komprehensif
pada dasarnya terdiri dari dua langkah besar, yaitu: 1. pemetaan kebutuhan,
masalah, dan konteks layanan; dan 2. desain program yang sesuai dengan
kebutuhan, masalah, dan konteks layanan.
Kegiatan
dalam program bimbingan meliputi beberapa tahap yaitu: tahapan persiapan
kegiatan, program pengumpulan keterangan/data tentang siswa, pemberian
informasi dan orientasi, penempatan dan penyaluran, bantuan penyuluhan, bantuan
dan kesulitan belajar, pertemuan staf, penataran petugas bimbingan dan
guru-guru, hubungan masyarakat, usaha-usaha penilaian dan tindak lanjut.
Implikasi-implikasi suatu program bimbingan dapat dirasakan oleh individu murid
dan organisasi/ pekerjaan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Salahudin, Anas.2009. Bimbingan dan Konseling.
Bandung : CV. Pustaka Setia
Tohirin. 2007. Bimbingan dan
Konselling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Juntika Nurihsan, Achmad, Dr. M.Pd.
2006. Bimbingan Konselling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT
Refika Aditama.
Faturohman.2008. Penyusunan Program Bimbingan Konseling di
Sekolah. Yogyakarta (Makalah)
Nawawi.
Makalah bimbingan konseling di Sekolah. Diposkan pada 30 Maret 2011. Tersedia
di www.nawawi1984.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar