BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Materi
pembelajaran menempati posisi yang penting dari keseluruhan kurikulum, yang
harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran.
Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standart Komptensi dan Kompetensi Dasar
yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk
kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya
Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar, serta tercapainya indikator.
Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, juga mengsyaratkan
bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran. Berkenaan
dengan pemilihan materi pembelajaran ini, secara umum masalah dimaksud meliputi
cara penentuan jenis materi, kedalaman, ruang lingkup, urutan penyajian,
perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran, dan sebagainya.
Masalah lain yang berkenaan dengan materi pembelajaran
adalah memilih sumber di mana bahan ajar itu didapatkan. Ada kecenderungan
sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku. Padahal, banyak sumber bahan ajar
selain buku yang dapat digunakan. Buku pun tidak harus satu macam dan tidak
harus sering berganti seperti terjadi selama ini. Berbagai buku dapat dipilih
sebagai sumber bahan ajar.
Selain itu, masalah yang sering dihadapi pengajar
berkenaan dengan materi pembelajaran adalah pengajar memberikan bahan ajar atau
materi pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu mendalam atau
terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi bahan ajar
yang tidak sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai oleh mahasiswa.
Sehubungan dengan itu, perlu disusun rambu-rambu
pemilihan dan pemanfaatan materi pembelajaran untuk membantu pengajar agar
mampu memilih materi pembelajaran dan memanfaatkannya dengan tepat. Ramburambu
dimaksud antara lain berisikan konsep dan prinsip pemilihan materi
pembelajaran, penentuan cakupan, urutan, kriteria dan langkah-langkah
pemilihan, perlakuan/pemanfaatan, serta sumber materi pembelajaran.
Oleh karena
itu, dalam makalah ini kami akan membahasa sedikit tentang desain materi
pembelajaran, yang mungkin bisa menambah pengetahuan dalam mengembangkan desain
materi pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Dari
penjabaran latar belakang di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa
pengertian desain materi pembelajaran?
2. Bagaimana
cara merancang dan mengorganisasikan materi pembelajaran?
3. Bagaimana
cara mendesain materi pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Desain
Materi Pembelajaran
Ada beberapa
pengertian tentang desain pembelajaran menurut para ahli diantaranya :
Pada bukunya
Hamza Uno yang dikutip dari para ahli mengatakan beberapa pendapat tentang
pengertian desain pembelajaran yaitu :
a) Cunningham mengemukkan desain ialah menyeleksi dan
menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta, imajinasi-imajinasi, dan asumsi-asumsi
untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil
yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam
batas-batas yang dapat diterima
yang akan digunakan dalam penyelesaian.
b) Stephen P. Robbins memberikan definisi desain yaitu suatu
cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas Hamzah Uno
memberikan kesimpulan bahwa Desain yakni suatu cara yang memuaskan untuk membuat
suatu kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah
yang antisipasif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan
tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Secara umum, pengertian materi telah disinggung
dalam bagian yang lalu. Dalam perancanaan pengajaran, materi yang perlu
ditetapkan dalam langkah ketiga (setelah perumusan tujuan dan penyusunan alat
evaluasi) baru berupa:
a) Pokok-pokok bahan; dan
b) Rincian setiap pokok bahan[1]
Sedangkan Hamza Uno memberikan definisi tentang pembelajaran yang dikutip dari
pendapat degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa.
Dalam pengertian ini secara implicit dalam pembelajaran terdapat kegiatan
memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran
yang diingikan. Dalam pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau
perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya
dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber
belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang
mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Pengajaran atau proses belajar mengajar adalah
proses yang diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agar
pelaksanaannya mencpai hasil yang diharapkan. Pengaturan ini dituangkan dalam
bentuk perencanaan pembelajaran/ desain pembelajaran.
Materi
pembelajaran atau materi ajar (instructional materials) adalah pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai
standart kompetensi yang telah ditentukan. Materi pembelajaran pada hakikatnya
merupakan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan sebagai isi dari suatu mata
pelajaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga dapat
dikatakan bahwa materi pelajaran adalah berbagai pengalaman yang akan diberikan
kepada siswa selama megikuti proses pendidikan atau proses pembelajaran.
Bahan atau
materi pembelajaran (learning materials) adalah segala sesuatu yang menjadi isi
kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar dalam
rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan
pendidikan tertentu. Materi pelajaran merupakan bagian terpenting dalam proses
pembelajaran, bahkan dalam pembelajaran yang berpusat pada materi pelajaran
(subject-centered teaching), mater pelajaran merupakan inti dari kegiatan
pembelajaran. Menurut subject sentered teaching keberhasilan suatu proses
pembelajara ditentukan oleh seberapa banyak siswa dapat menguasai materi
kurikulum. Materi pelajaran dapat dibedakan menjadi :
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan
menunjuk pada informasi yang disampaikan dalam pikiran
(mind) siswa, dengan demikian pengetahuan berhubungan dengan berbagai informasi
yang harus dihafal dan dikuasai oleh siswa, sehingga manakala diperlukan siswa
dapat mengungkapkan kembali.
2. Keterampilan (skill)
Menunjuk
pada tindakan tindakan- tindakan (fisik dan non fisik) yang dilakukan seseorang
dengan cara yang kompeten untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Sikap (attitude)
Sikap
menunjuk pada kecerdasan seseorang untuk bertindak sesuai dengan nilai dan
norma yang diyakini keberadaannya oleh siswa.
B. Merancang Dan Mengorganisasikan Materi
Pembelajaran
Rencana
pembelajaran ini dibuat oleh para guru untuk setiap kali pertemuan atau bisa
juga untuk 4 atau 5 kali peremuan sekaligus. Dalam mendesain pembelajaran ada
beberapa unsur yang terpenting yaitu :
a)
Tujuan Instruksional
b)
Bahan Pengajaran
c)
Kegiatan Belajar
d)
Metode dan Alat Bantu Mengajar
Tahap-tahap
yang harus ditempuh oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah :
1)
Tahap Pra Instruksional, yaitu tahap yang ditempuh pada saat memulai proses
pembelajaran
adalah :
a.
Menanyakan kehadiran siswa.
b.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum
dikuasai.
c.
Mengajukkan pertanyaan mengenai pelajaran yang telah dibahas.
d.
Mengulang pelajaran secara singkat, tapi mencakup semua bahan.
2)
Tahap Instruksional yaitu tahap pemberian bahan pelajaran meliputi :
a.
Menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
b.
Menjelaskan pokok materi yang akan dibahas.
c.
Membahas pokok materi yang telah dituliskan.
d.
Memberikan contoh konkrit pada setiap pokok materi yang telah dibahas.
e. Menggunakan
media untuk mempermudah pemahaman siswa
f. Menyimpulkan
hasil bahasan
3) Tahap
Evaluasi, ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap Instruksional
diantaranya :
a. Mengajukkan
pertanyaan kepada beberapa siswa mengenai materi pelajaran yang telah
dipelajari.
b. Akhiri
pelajaran dengan memberitahukan materi yang akan dibahas berikutya.
c. Memberi
tugas atau PR kepada siswa untuk memperkaya pengetahuan siswa mengenai yang
telah dibahas.
d. Bila
pertanyaan yang diajukkan belum dapat dijawab oleh siswa (kurang dari 70 %)
maka guru harus mengulang pelajaran.
Setelah
tahap perencanaan, hal yang dilkukan seorang guru adalah mengembangkan dan
memilih materi pembelajaran. Dalam tahap ini Dick and Carey (1985) menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti oleh
pengajar untuk merancang atau menyampaikan pembelajaran, yaitu :
a. Pengajar
merancang bahan pembelajaran individual, semua tahap pembelajaran dimasukan kedalam
bahan, kecuali pra tes dan pasca tes.
b. Pengajar
memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan strategi pembelajran.
Peran pengajar akan bertambah dalam penyampaian pembelajaran. Beberapa bahan
mungkin saja disampaikan tnpa bantuan pengajar, jika tidak ada, maka pengajar
harus memberi penjelasan.
c. Pengajar
tidak memakai bahan, tetapi menyampaikan semua pembelajaran menurut strategi
pembelajarannya yang telah disusunnya. Pengajar menggunakan strategi
pembelajaranya sebagai pedoman, termasuk latihan dan kegiatan kelompok.
d. Kebaikan dari
strategi ini adalah pengajar dapat dengan segera memperbaiki dan memperbarui
pembelajran apabila terjadi perubahan isi. Sedangkan kerugiannya adalah
sebagian besar waktu tersita untuk menyampaikan informasi sehingga sedikit
sekali waktu untuk membantu anak didik (mahasiswa).[2]
Materi atau bahan pelajaran yang telah dirancang
oleh guru harus sudah terseleksi dan terorganisir disesuaikan dengan tingkat
kemampuan belajar siswa yang akan belajar, apakah muatan itu pada ranah
pengetahuan pada tingkat rendah, menengah atau tinggi. Demikian juga ranah
pemahaman dan ranah keterampilan. Guru memberi materi yang terstruktur mulai
dari tingkat yang paling mudah sampai pada tingkat yang sulit.
Dalam memperhatikan tujuan pembelajaran, guru
mengkaji perilaku awal siswa yang akan dibawa sampai ke perilaku sesuai dengan
tujuan, hal ini sisesuaikan dengan taksonomi Benyamin S. Bloom bahwa anak didik
terdiri dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ranah kognitif mencakup pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi. Secara hierarkis guru memberikan
pengetahuan kepada peserta didik dimulai dari jenjang awal yaitu pengetahuan.
Pengetahuan ini sebagai dasar untuk mengembangkan informasi lebih lanjut, sehingga
setelah itu siswa dapat meningkatkan pemahamannya. Pengetahuan dan pemahaman
digolongkan pada tingkat rendah. Sedangkan pengetahuan tingkat menengah siswa
adalah ketika siswa mampu menerapkan dan menganalisis informasi. Siswa mampu
melakukan pengetahuan tingkat menengah jika mereka telah dibekali pengetahuan
awal atau rendah. Selanjutnya pengetahuan tingkat tinggi adalah siswa dapat
mensintesis dan mengevaluasi informasi. Sedangkan menurut Merril, berpikir
kognitif mencakup ragam pengetahuan fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Ragam
pengetahuan fakta hanya perluuntuk diingat saja. Sedangkan konsep, seperti
rumus, dapat diingat atau dihafal, diterapkan dan ditemukan (rumus baru).
Demikian pula halnya dengan prinsip dan prosedur.[3]
Ranah
afektif mencakup menerima, menanggapi, berkeyakinan, penerapan, karya dan
ketelitian. Ranah ini menyangkut sikap dan apresiasi. Ranah ini juga memperinci
tujuan instruksional lebih sukar dalam istilah yang dapat diamati dan diukur.
Misalnya bagaimana seseorang bisa mengukur sikap orang yang loyal kepada
atasannya atau seseorang menghargai gagasan atau karya tulis orang lain.
Ranah
psikomotorik mencakup persepsi, kesiagaan, respon terarah, dan adaptasi.
Demikian juga ranah ini tidak hirarkis, tetapi sekedar mengklasifikasi saja,
sehingga gerakan seluruh badan tidak lebih tinggi dibanding dengan gerakan yang
terkoordinasi komunikasi non verbal bukan lebih tinggi atau lebih rendah
dibanding kebolehan dalam berbicara.
C. Mendesain
Materi Pembelajaran
Dalam
mendesain materi pembelajaran ada beberapa hal penting yang harus dilakukan
oleh seorang guru atau seorang dosen, hal ini pula yang akan menentukan
sempurna atau tidaknya desain materi pembelajaran, yaitu:
1. Pengumpulan
Informasi
Sebelum
seorang guru memulai pelajarannya di minggu pertama hari sekolah atau di dalam
kelas, tentu ia melakukan persiapan-persiapan dalam beberapa aspek desain mata
kuliah atau mata pelajaran. Persiapan ini dapat dikatakan sebagai satu usaha
pembuktian akuntabilitas profesionalisme pembelajaran seorang dosen kepada
mahasiswanya yang telah memberikan kepercayaan kepada perguruan tinggi. Paling
tidak ada empat elemen yang harus dipersiapkan seorang dosen dalam mendesain
satu matakuliah, yaitu:
a. Elemen
materi-materi perkuliahan,
b. Elemen
kompetensi atau tujuan pembelajaran atau hasil belajar,
c. Elemen
strategi pembelajaran atau metode pembelajaran, dan
d. Elemen evaluasi
pembelajaran
Keempat
elemen itu memiliki karakter yang bersifat holistik, serasi, sekata, senada.
Meskipun wujudnya masing-masing elemen berbeda, tetapi hakekatnya adalah sama.
Untuk
mendesain materi, langkah pertama sebelum seorang dosen memulai mendesain
materi-materi perkuliahan dalam bentuk apapun, ia seharusnya mulai mengumpulkan
sebanyak mungkin informasi-informasi yang berkaitan langsung atau tidak
langsung dengan matakuliah yang akan diampu. Informasi-informasi itu mungkin
didapatkan dalam bentuk hard copy, soft copy melalui perpustakaan, internet dan
atau konsultasi dari beberapa sumber:
a.
Referensi
baik yang utama atau sekunder
b.
Jurnal-jurnal
ilmiah
c.
Hasil
penelitian terbaru
d.
Out-line
matakuliah yang ada sebelumnya
e.
Satuan acara
perkuliahan yang ada sebelumnya
f.
Silabus,
kurikulum
g.
Konsultasi
dengan dosen senior bagi mereka asisten dosen
h.
Konsorsium
keilmuan
Di samping
itu, sangat perlu sebelum memulai mengorganisasikan atau mendesain bahan ajar
mempertimbangkan butir-butir berikut: semua informasi itu belum lengkap kalau
materi matakuliah itu belum dikomunikasikan dengan visi, misi dan program studi
atau jurusan yang mengembangkan matakuliah itu. Langkah kedua, setelah
informasi materi dianggap memadai, maka ada beberapa alternatif yang mungkin
dilakukan oleh seorang dosen atau guru untuk mendesain materi perkuliahan atau
pembelajaran yang relatif siap disajikan atau di-share kepada mahasiswa.
I. Alternatif Pertama
Mendesain Materi
Desain materi dalam bentuk satu daftar topik-topik materi yang tersusun
secara naratif dan linier sesuai dengan urutan atau skuensi topik bahasan yang
diinginkan. Contoh dibawah ini, daftar topik-topik bahasan relatif global.
Contoh:
Matakuliah
: Penelitian Sastra
Bobot
: 2 (dua) sks
|
|
II.
Alternatif kedua mendesain materi
Di samping mendesain materi dalam bentuk linier, alternatif kedua adalah
dalam sebuah gambar yaitu peta konsep (concept map).
2. Peta
Konsep
Peta konsep
adalah merupakan diagram yang menunjukan hubungan antara konsep-konsep yang
mewakili pembelajaran. Peta konsep juga diartikan tampilan dari sebuah gambar
atau bagan tentang konsep-konsep materi yang tersusun sesuai dengan tabiat ilmu
pengetahuan itu sendiri tanpa mengindahkan urutan atau skuensi topik bahasan
yang diinginkan.
a.
Langkah-Langkah Membuat Peta Konsep
Untuk
mendesain materi perkuliahan untuk satu semester dalam bentuk sebuah peta
konsep, ada beberapa langkah yang mutlak dilakukan khususnya bagi dosen pemula,
dosen asisten atau dosen.
- Brainstormingatau curah gagasan,
- Menentukan 8-12 konsep (topik) besar (major) atau utama,
- Menulis dan menyusun konsep-konsep dalam satu bentuk gambar,
- Menghubungkan konsep-konsep dengan garis,
- Memberi label di atas garis panah.
Langkah pertama melakukan Brainstormingatau
curah gagasan, anda berusaha menuangkan segala topik atau konsep yang berkaitan
dengan materi mata kuliah dengan leluasa, bebas tanpa beban takut salah.
Seperti ketika melakukan Brainstorming atau curah gagasan untuk mata kuliah
Kritik Sastra/ Naqd al-Adab, si dosen mencurahkan semaksimal mungkin
segala konsep, ide, topic terkait, seperti:
a. Sastra/al-Adab
b. Novel
c. Cerpen
d. Drama
e. Puisi/al-Shi`r
f. al-Nasr/Prosa
g. kritik/al-Naqd
h. Semantik
i. Semiotik
j. Strukturalisme
Langkah kedua, setelah
melakukan Brainstorming atau curah gagasan, Anda menyeleksi
konsep-konsep atau topik-topik dari dua puluh delapan menjadi sekitar 8 sampai
12 konsep yang lebih besar. Dalam penyeleksian konsep-konsep, mungkin ada
beberapa konsep yang bisa dicarikan jenisnya atau konsep yang lebih besar.
Konsep novel, cerpen, drama, puisi dan prosa dapat dijadikan dalam satu konsep
yang lebih besar yaitu konsep sastra. Sebagai hasil seleksi konsep yang
lebih besar, umpamanya dapat disebut sebagai berikut:
a. Ma`na al-Naqd wa al-Adab
b. Ma al-Shi`r wa al-Nashr
c. Metode Strukturalisme
d. Metode Genesis Strukturalisme
Langkah ketiga, setelah menyeleksi atau mensortir konsep-konsep
menjadi lebih besar yang terdiri dari sekitar 8 sampai 12 konsep, Anda
menggambar satu peta konsep dalam satu halaman. Jika anda melihat peta bumi
yang memuat nama-nama kota besar.
Langkah keempat, setelah
menggambar satu peta konsep, anda memberi tanda hubungan arah antara
konsep-konsep sebagaimana anda menemukan pada peta bumi yang memuat garis
penghubung antara nama-nama kota besar. Dalam peta konsep anda melihat hubungan
panah antara nama-nama konsep besar.
Langkah kelima atau
terakhir, setelah memberi tanda hubungan arah antara konsep-konsep, anda mutlak
memberi makna pada garis penghubung atau satu label di atas tanda panah. Label
ini menjadi penjelas sifat hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lain.
Setelah semua garis panah memiliki label, maka sebuah peta konsep dinyatakan
telah jadi sebagai draft permulaan.
b. Bagaimana
Memperbaiki Peta Konsep (Concept Map)
Untuk
memperbaiki draft sebuah peta konsep, ada beberapa langkah yang sebaiknya
dicoba. Perbaikan bisa bersifat tekhnis atau substansi. Untuk memperbaiki
hal-hal yang tekhnis, anda kembali memeriksa peta konsep untuk memastikan
point-point di bawah ini.
1) Pastikan semua konsep sebagai konsep besar atau utama.
2) Pastikan semua telah memiliki hubungan antar konsep.
3) Apa yang terjadi jika Anda memindahkan konsep “X” ke tempat
lain?
4) Apa yang terjadi jika And memindahkan “Y” ke tempat lain?
5) Apa yang terjadi jika Anda mengubah arah panah?
6) Apakah bentuk peta konsep ini yang terbaik?
Untuk memperbaiki hal-hal yang substansi, Anda kembali memerisa peta konsep
untuk memastikan point-point di bawah ini.
1) Pastikan semua label antara konsep bersifat substansi,
mungkin hubungan itu besifat kausalitas (sebab-akibat), logis atau substansial.
2) Apakah peta konep itu telah menggambarkan tabiat (natural0
bangunan struktur ilmu itu,
3) Bisa juga dengan membandingkan denga karakteristik bentuk
gambar yang lain, seperti Flow-Chart atau Mind Map.
c.
Karakteristik Concept Map
Salah satu
perangkat pengorganisasian bahan ajar disebut dengan “Concept Map” atau
peta konsep. Dalam konteks pengorganisasian bahan ajar guna persiapan mengajar
untuk satu semester tertentu, Concept Map dapat digunakan sebagai cara
untuk membangun struktur pengetahuan para guru dalam merencanakan bahan ajar.
Desain bahan
ajar berdasarkan concept Map ini memiliki karakteristik khas. Pertama,
ia hanya memiliki konsep-konsep atau ide-ide pokok (sentral, mayor, utama),
kedua, ia memiliki hubungan yang mengaitkan antara satu konsep dengan konsep
yang lain. Ketiga, ia memiliki LABEL yang membunyikan arti hubungan yang mengaitkan
antara konsep-konsep. Keempat, desain itu terwujud sebuah DIAGRAM atau PETA
yang merupakan satu bentuk representasi konsep-konsep atau materi bahan ajar
yang penting.
Concept Map sebagai satu
tekhnik telah digunakan secara ekstensif dalam pendidikan. Tekhnik Concept
Map ini diilhami oleh teori belajar asimilasi kognitif (subsumpition) David
P. Ausubel yang mengatakan bahwa belajar bermakna (meaningful learning) terjadi
dengan mudah apabila kosep-konsep baru proses balajar terjadi bila siswa mampu
mengasimilasi pengetahuan yang ada dia miliki dengan pengetahuan yang baru.
Berkaitan
dengan mendesain bahan ajar, tekhnik Concept Map ini memberikan sejumlah
keuntungan. Pertama, sesuai dengan tabiatnya, ia akan memberikan
visualisasi konsep-konsep utama dan pendukung yang telah terstruktur di dalam
otak guru ke dalam kertas yang dapat dilihat secara empiris. Perpresentasi yang
ada di atas kertas (baca:peta konsep) adalah satu gambar yang utuh yang saling
berhubungan antara satu konsep/topic/materi dengan konsep/topic/materi yang
lain. Kedua, gambar konsep-konsep menunjukkan bentuk hubungan antara
satu dengan yang lain; mungkin linier, vertikal, satu arah, dua arah atau dua
arah yang bertolak belakang, mungkin garis tidak putus yang menunjukkan
hubungan intensif atau garis terputus-putus yang menunjukkan hubungan yang
jarang. Ketiga, Concept map memberikan bunyi hubungan dinyatakan
dengan kata-kata yang menjelaskan bentuk-bentuk hubungan antara satu konsep
dengan konsep yang lain baik itu utama atau pendukung.
d.
Karakteristik Tehnik Concept Map
Ada beberapa
karakteristik sebagai teknik mendesain bahan ajar, yaitu:
1) Biasanya berstruktur hirarkis, dengan lebih inklusif,
konsep-konsep general di bagian atas kemudian kurang inklusif, konsep-konsep
khusus diletakkan di bagian bawah peta
2) Kata-kata yang menghubungkan selalu ada di atas garis-garis
yang mneghubungkan konsep-konsep.
3) Concept Map mengalir dari atas ke bawah halaman. Tanda panah
digunakan untuk menunjukkan arah hubungan.
4) Sebuah Concept Map representasi atau gambaran pemahaman
seseorang tentang sebuah masalah (mata pelajaran, topik persoalan).
5) Kekuatan Concept Map berasal dari inter-koneksi diantara dan
antara konsep-konsep.
6) Perasaan seseorang mungkin terekspresikan ke dalam sebuah
Concept Map dengan memasukkan konsep-konsep yang bernada empatis tentang sebuah
konsep atau perasaan tidak suka terhadap sebuah konsep, atau perasaan stress,
seperti ketakutan, kemarahan, kesenanagan, ketertekanan dll..
e. Urgensi
Concept Map
Ada beberapa
urgensi concept map ditinjau dari beberapa kepentingan ide-ide yang
berhubungan. Artinya, Concept map merupkan satu bentuk diagram atau
gambar visualisasi konsep-konsep yang saling berhubungan, kedua, concept map
mampu menunjukkan arti hubungan-hubungan itu dalam bentuk label.
1) Concept Map Bisa Digunakan Untuk Tekhnik Mengajar:
Ada beberapa
kegunaan Concept map sebagai tekhnik mengajar, yaitu:
a) Ia bisa digunakan untuk memperkenalkan
mata pelajaran. Ia bisa digunakan guru untuk memperkenalkan mata pelajarannya
secara utuh keseluruhan materi dalam satu lembar dalam bentuk gambar dan dalam
waktu yang sama.
b) Ia bisa digunakan sebagai dasar untuk
merencanakan pemilihan urutan materi perkuliahan. Seorang guru dengan leluasa
dapat merencanakan pemiliha secara berurutan konsep-konsep yang akan di
sampaikan di dalam proses pembelajaran.
c) ia bisa berpern sebagai satu PANDUAN
proses pembelajaran materi-materi perkuliahan, sehingga menjaga TIDAK terjadi
kesesatan penyampaian bahan ajar yaitu tidak keluar dari peta perjalanan mata
pelajaran.
d) ia juga mendapat konsistensi pengontrolan
penyampain materi dan menjaga batas-batas informasi luar masuk kedalam
mater-bahan ajar.
e) ia dapat membuat transisi antar unit bahan
ajar karena ia dengan mudah dapat menunjukkan letak konsep-konsep sehingga
dengan mudah seorang guru dapat membuat skala prioritas penyampain bahan ajar.
f) Daya ingat akan gambar jauh lebih kuat
bertahan dalam otak dibandingkan dengan mengingat susunan kalimat.
g) Ia dapat juga beperan untuk meringkas
bahan ajar. Karena ia hanya menunjukkan butir-butir penting tentang materi
bahan ajar.
h) ia juga dapat digunakan sebagai alat
pertimbangan dalam PEMILIHAN strategi-strategi pembelajaran yang tepat. Karena
konsep-konsep yang tertera dalam concept mapo dapat juga menunjukkan bobot
informasi yang dikandungnya.
2) Concept Map Dapat Digunakan Untuk Strategi Belajar Bermakna
Ada beberapa
kegunaan Concept map sebagai strategi belajar siswa :
a) Ia dapat sebagai sarana belajar denagn
membandingkan konsep map-konsep siswa dengan guru. Seorang guru dapat melakukan
evaluasi terhadap sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi-materi perkuliahan
yang akan atau/dan telah disampaikan. Karena peta-peta yang telah dihasilkan
dapat menunjukkan tingkat penguasaan apa lagi jika dibandingkan dengan concept
map yang baru dibuat guru.
b) Ia dapat digunakan sebagai CARA LAIN
mencatat pelajaran sewaktu belajar. Siswa dapat menggunakannnya sebagai
alternative cara membuat catatan kelas yang biasanya bersifat naratif, kadang
relatif panjang dan berpikir linier. Ini belajar aktif INDIVIDUAL.
c) Ia dapat juga digunakan siswa secara
INDIVIDUAL sebagai alat belajar dengan membandingkan peta konsep yang dibuat di
awal denagn diakhir sebuah kelas. Siswa melakukan penilain mandiri terhadap
sejauh mana penguasaan terhadap BAHAN AJAR dengan mencoba melihat perbedaan
antara dua peta konsep yang dibuat di awal perkuliahan dengan di akhir
perkuliahan.
d) Concept map dapat meningkatkan DAYA INGAT siswa
dalam belajar. Siswa belajar semakin efektif dan efisien karena siswa belajar
berpikir reduktif dengan merangkum informasi yang banyak ke dalam konsep-konsep
utama yang saling berhubungan ke dalam sebuah diagram atau gambar yang
mengcover keseluruhan konsep-konsep yang dipelajari. Daya ingat pikiran kan
sebuah gambar jauh lebih kuat dibandingkan dengan mengingat sebuah susunan
kalimat.
3) Guna Concept Map Dalam Pembelajaran
Disamping
urgensi di atas, Concept Map dapat juga digunakan dalam pembelajaran bila
dilihat dari SEBELUM dan SESUDAH siswa mengetahui tekhnik pembuatannya. Seorang
guru mungkin menggunakan Concept Map sebagai tekhnik untuk beberapa kesempatan,
(sebelum siswa mengetahui langkah-langkah membuat konsep map), yaitu:
a) Persiapan desain materi untuk semester. Anda akan
menemukan Concept map dapat mempetakan konsep-konsep utama yang akan diajarkan
selama satu semester dengan menunjukkan organisasi konseptual mata pelajaran.
Cuma Concept map ini tidak mencatumkan konsep-konsep kecil atau minor.
b) Persiapan mengajar persepsi. Mempetakan konsep-konsep
informasi yang akan diajarkan di dalam pertemuan-pertemuan akan membantu guru
menghubungkan rincian BAHAN AJAR ke dalam bingkai konsep utama.
c) Persiapan mengajar per-topik bahasan. Pembuatan peta
konsep pertopik bahasan mata pelajaran akan membantu guru menunjukkan kepada
siswa letak hubungan konsep-konsep per-topik ke atau dengan bingkai konsep
utama khususnya dalam pertemuan per-sesi kelas.
d) Menghubungkan sesi kelas dengan tutorial, laboratorium atau
studi tour misalnya atau seminar. Kegiatan tutorial, laboratorium dan
seminar-seminar adalah kegiatan yang menjabarkan atau memperjelaskan atau
memperluas atau memperdalam materi-materi yang didapatkan sewaktu kelas.
Concept map akan membantu siswa memahami hubungan penting antara kelas di dalam
kelas dengan kegiatan tutorial, laboratorium atau seminar-seminar. Contoh:
Concept map kan menjelaskan posisi antara kelas teori di dalam kelas dengan
praktek di laboratorium.
e) Menghubungkan kelas sebelumnya dengan kelas yang akan
diajarkan. Concept map dapat digunakan untuk menunjukkan urgensi dan posisi
hubungan konsep-konsep yang akan diajarkan. Sehingga siswa akan lebih mudah
mengikuti materi pelajaran karena mereka mencoba memahami hubungan antara
konsep-konsep yang berhubungan.
Apabila siswa telah mengetahui cara membuat concept map, seorang guru dapat
memanfaatkannya untuk beberapa kesempatan aktifitas pembelajaran:
a) Membuat rangkuman teks
bacaan sebagai alternatif cara belajar seorang guru mungkin meminta siswanya
untuk membuat satu rangkuman dalam bentuk concept map hasil bacaan mereka dari
sejumlah buku yang ditentukan untuk dibaca. Bahakn anda mungkin meminta concept
map siswa sebelum mulai kelas. Hal ini akan mendorong siswa membaca sebelum
kelas.
b) Menentukan pemahaman sebelumnya. Sebelum anda mengajarkan
sebuah topic, anda mungkin meminta siswa membuat sebuah concept map tentang
sejumlah konsep untuk memastikan anda sejauh mana siswa telah mengetahui topik
itu. Keperdulian guru terhadap prior knowledge siswa membuat guru
mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa.
c) Melokasi kesalahan pengertian. Dengan meminta siswa
membuat satu concept map sebelum atau sesudah diajarkan materi-bahan ajar dapat
memberi perhatian kepada anda (guru) tentang kesalahan-pahaman ini dapat juga
digunakan untuk memberi informasi kepada sesi kelas berikutnya.
d) Mengembangkan rangkuman tugas-tugas semester. Setelah siswa
anda memahami mata pelajaran yang dikembangkan, pengetahuan mereka semakin
berkembang dan mereka akan dapat membuat koneksi-koneksi antara konsep-konep.
Concept map mereka akan memantulkan perkembangan pemahamannya.
e) Merangkum catatan-catatan ceramah kelas. Dengan
tekhnik concept map ini mendorong siswa mem-peta-kan catatan-catatan kelasnya.
Demikian itu membuat siswa merasa bertanggungjawab terhadap belajarnya.
f) Membuat kertas kerja-kertas kerja. Kadangkala siswa
menemukan kesulitan dalam merencanakan dan mengurutkan informasi yang mereka
akan sajikan dalam sebuah tugas kelas. Dengan mem-peta-kan tugas itu dapat
membantu mereka mengurutkan materi dan melahirkan satu makalah yang utuh dan
koheren.
g) Evaluasi dan penilaian. Anda mnugkin meminta mahasiswa
mem-peta-kan sejumlah konsep sebagai bagian dari ujian, kuis, atau ujian
(dibawa pulang0. menurut Concept map adalah salah satu tekhnik diagnostik yang
ekselen.
f. Keuggulan
Concept Map
Keunggulan CONCEPT
MAP terletak pada pemahaman yang terwakili di dalam concept map yang
dihasilkan, pada proses pembuatan concept map-concept map, dan di dalam
potensi proses memfasilitasi satu hubungan yang lebih antara guru dengan siswa.
:
1) Berbagi pemahaman
CONCEPT MAP adalah
satu tekhnik pendidikan yang penuh kekuatan karena baik siswa
maupun guru dapat membuat dan berbagi concept map-concept map agar tercipta
berbgai pengertian/pemahaman tentang topic. Dalam realitas, sesorang mungkin
berusaha menjelaskan struktur kognisinya denagn banyak cara, termasuk narasi
bicara, ringkasan tertulis, dan pembicaraan formal dan informal. Keterbatasan
format-format itu terletak pada garis lurus yang membatasi kapasitas untuk
menggambarkan secara utuh hubungan-hubungan yang dibuat seseorang antara dan
diantara konsep-konsep. Denagn sebuah CONCEPT MAP, hubungan diantara dan
antara secara eksplisit dinyatakan dan semua inter-koneksi diantara satu konsep
dengan yang lain di dalam peta konsep dapat dilihat pada sekaligus.
2) Proses Pembuatan CONCEPT MAP
Proses
aktualisasi pemetaan konsep-konsep menuntut individu untuk menetukan hirarki
konsep-konsep, memilih konsep-konsep untuk disaling-hubungkan , dan melukiskan
tabiat yang tepat kesaling-hubungan diantara konsep-konsep itu. Sesaat menghasilkan
sebuah peta konsep, ini adalah sebuah proses actual pengkonstruksian peta yang
mendororng siswa mengkonstruksikan arti-arti.
3) Hubungan
Concept Map dapat
membantu memfasilitasi hubungan yang lebih sepadan antara guru (yang
lebih berkuasa) dengan siswa (yang kurang berdaya). Dalam pandangan siswa, ada
dua potensi penting dalam satu keadaan yang kurang berdaya dari pada guru yang
lebih berkuasa;
a. menahan usaha-usaha hegemonitas guru
b. melepaskan semua tuntutan untuk berkuasa, melepaskan
pengawasan (kontrol) dan rasa tanggungjawab hanya semata di tangan guru.
Proses
pemetaan konsep memberikan siswa sejumlah kemerdekaan. Mengurangi kemungkinan
siswa melawan dan mensabotase atau tergantung pasif.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mendesain
materi pembelajaran adalah merencanakan materi bahan ajar yang akan disampaikan
guru kepada siswa, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang berupa kompetensi
dasar dan indikator yang telah dirancang sebelumnya, dari sumber-sumber belajar
yang bermacam-macam sesuai dengan kriteria pemilihan materi pelajaran.
Materi atau
bahan pelajaran yang telah dirancang oleh guru harus sudah terseleksi dan
terorganisir disesuaikan dengan tingkat kemampuan belajar siswa yang akan
belajar, apakah muatan itu pada ranah pengetahuan pada tingkat rendah, menengah
atau tinggi. Demikian juga ranah pemahaman dan ranah keterampilan. Guru memberi
materi yang terstruktur mulai dari tingkat yang paling mudah sampai pada
tingkat yang sulit.
Dalam
mendesain materi pembelajaran ada beberapa hal penting yang harus dilakukan
oleh seorang guru atau seorang dosen, hal ini pula yang akan menentukan
sempurna atau tidaknya desain materi pembelajaran, yaitu pengumpulan informasi
dan peta konsep.
B. SARAN
Dengan
mempelajari dan memahami ulasan materi yang telah kami sajikan tersebut,
diharapkan kita sebagai calon penerus guru masa depan mampu mendesain materi
pembelajaran dengan baik sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dicanangkan. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca sangat
kami harapkan, yang nantinya akan membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Ibrahim dan Nana Syaodih.
1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Uno, Hamzah B. 2009. Model
Pembelajaran. Cetakan kelima. Jakarta: PT Bumi Aksara
Prawiladilaga, Dewi Salma. 2007. Prinsip
Desain Pembelajaran. Cetakan kedua. Jakarta: Prenada Media Group
[2] [3] Dewi Salma Prawiladilaga,
Prinsip Desain Pembelajaran, Prenada Media Group, 2008, Jakarta, hal: 44
Tidak ada komentar:
Posting Komentar